Gonjang-ganjing Mutasi Kabareskrim dan Isu Perang Dingin di Polri

23 Januari 2019 13:45 WIB
Kabareskrim Komjen Arief Sulistyanto. (Foto: Dok. Bareskrim)
zoom-in-whitePerbesar
Kabareskrim Komjen Arief Sulistyanto. (Foto: Dok. Bareskrim)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komjen Arief Sulistyanto tak lama duduk di kursi Kepala Bareskrim (Kabareskrim). Hanya 5 bulan saja, waktu yang amat singkat. Penelusuran kumparan, sejauh ini Arief adalah jenderal bintang tiga yang paling singkat menjadi Kabareskrim.
ADVERTISEMENT
Arief digantikan Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Aziz yang dikenal sebagai orang dekat Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Walau Arief adalah Akpol 87, sama dengan Tito, tetapi Idham lebih dikenal dekat dengan Tito sejak bertugas di Densus 88.
"Ini yang pertama kali dalam sejarah Polri terjadi pergantian Kabareskrim di mana pejabat lamanya hanya menjabat dalam waktu yang sangat singkat. Tapi pergantian itu bisa dipahami agar terjadi soliditas organisasi," kata pengamat kepolisian, Neta S Pane, Rabu (23/1).
Bukan isapan jempol, beberapa waktu lalu sempat ramai isu di media soal kasus buku merah atau Indonesia Leaks yang dikait-kaitkan dengan Tito, lalu muncul pernyataan seorang politikus Senayan soal isu jenderal yang akan mengganti Tito.
ADVERTISEMENT
Walau sebatas isu saja, karena Arief sendiri dalam berbagai kesempatan menepis isu itu dan menyatakan kesetiaannya kepada Tito, tetapi tetap saja menjadi isu hangat yang menjadi perbincangan.
Digesernya Arief menjadi Kabareskrim ini memang menjadi perbincangan. Seperti diutarakan Yunus Husein, mantan Kepala PPATK yang juga kini dikenal sebagai pegiat antikorupsi.
"Sedih dan prihatin juga mendengar Kepala Bareskrim Komjen Arief S yang memiliki. ntegritas dan kompetensi yang baik dan baru menjabat kurang satu tahun sudah diganti. Semoga Pak Arief tetap dapat mengabdi dengan baik kepada negara, bangsa dan rakyat Indonesia," kicau Yunus dalam akun twitternya @YunusHusein.
Yunus juga mempertanyakan pergantian itu.
"Apakah beliau diganti karena dianggap tidak berprestasi atau menyaingi/membahayakan pejabat lain? Atau ada alasan lain. Publik perlu diberitahu apa alasan penggantian yang kurang lazim ini," kicau Yunus lagi.
ADVERTISEMENT
Pendapat lain disampaikan komisioner Kompolnas Andrea H Poeloengan. Menurut dia, mutasi di kepolisian bukan hal yang aneh, karena setidaknya urusan penegakan hukum termasuk terorisme adalah pengalaman Idham yang pernah tandem dengan Jenderal Tito.
"Artinya mungkin saja saat ini, masa-masa pemilu, Kapolri membutuhkan pati-nya yang seperti Jenderal Idham sekarang di Bareskrim ini," terang dia.
Arief, kata Andrea, lebih cocok untuk pembenahan internal dengan latar belakang di SDM Polri.
"Jadi saya berpikir mungkin karena tahun ajaran pendidikan Polri masih baru, diharapkan akan membenahi “dapur dan pabrik” untuk membentuk penerus Polri yang hebat," tambah dia. Jabatan baru Arief adalah Kepala Lemdiklat.
Soal isu perang dingin yang menyeruak, menurut dia, sebaiknya tak usah diramaikan. Apalagi hanya isu-isu saja, yang terpenting soliditas di Polri.
ADVERTISEMENT
"Dua duanya menjalankan amanah, saya harap bekerjalah yang baik. Namanya jabatan, kan amanah," kata Andrea.
Sementara itu, Mabes Polri lewat SDM Polri sudah menepis rumor soal isu adanya perang dingin hingga Tito dan Arief yang tak sejalan. Asisten SDM Kapolri Irjen Pol Eko Indra Heri memberi penegasan untuk menepis isu-isu miring.
“Pak Kabareskrim, Pak Arief, dimutasi karena pimpinan memberikan tugas lain karena beliau diberi kepercayaan untuk melakukan tugas mengelola SDM Polri di Lemdiklat,” kata Eko kepada kumparan, Selasa (22/1).