Geger Wajan Raksasa Peninggalan Belanda di Bantul, Buat Apa?
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wajan berukuran raksasa ditemukan di Pedukuhan Kretek, Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY. Wajan itu diduga merupakan peninggalan Belanda.
ADVERTISEMENT
Ukuran wajan raksasa itu yakni berdiameter 2,75 meter dan terkubur sedalam 3 meter di tanah kas desa.
Supardi (57), penyewa tanah kas desa mengatakan wajan itu ditemukan pada Selasa (31/8) sore. Saat itu, pekerja sedang menggali tanah untuk material mengeruk lapangan desa. Tanah itu akan dibuat menjadi jalan tembusan.
"Ditemukan kemarin itu kan jam 5 sore. Ini sedang gali tanah untuk nguruk lapangan dan ini sedang buat jalan tembus, program dari desa," kata Supardi.
Wajan raksasa itu kemudian diangkut menggunakan ekskavator. Setelah diangkut dari tanah, warga berbondong-bondong datang karena penasaran.
Supardi mengaku tidak kaget dengan penemuan wajan ini. Dirinya sudah tahu ada wajan peninggalan Belanda di lokasi tersebut.
"Cerita si mbah dulu, baik keluarga si mbah anak-anak cucu sudah tahu bahwa di sini namanya kompan. Kenapa kompan, sejarahnya dulu pada saat Belanda dulu tempat pompa untuk mengalirkan air dari sini ke barat," ujarnya.
Bukan Buat Masak, Ini Fungsi Wajan Raksasa Peninggalan Belanda di Bantul
Namun, wajan ini bukan wajan untuk masak seperti yang dipikirkan banyak orang. Dari bentuknya, wajan itu berfungsi untuk pompa air.
ADVERTISEMENT
Sebab, daerah Jambidan dahulu dikenal sebagai perkebunan tebu. Kemudian Belanda membangun pompa air untuk mengairi perkebunan itu.
"Di sini kok kompan namanya? Karena zaman Belanda tempat pompa air untuk mengaliri pertanian tebu pada saat Belanda," ucap Supardi.
Pada 1980, pihak desa sempat akan mengaktifkan pompa itu dengan mengambil air dari Kali Opak untuk irigasi. Tetapi air tidak bisa tersebar merata sehingga pengaktifan pompa tidak dilanjutkan.
"Sudah dicoba ternyata gagal air cuma habis sampai sumur Jambudan karena banyak yang meresap ke bawah," kata Supardi.
Barang peninggalan Belanda itu pun terbengkalai. Sehingga hanya tersisa kolam dengan wajan tersebut. Karena membahayakan, maka diuruk tanah saat itu.
"Akhirnya saat itu diuruk karena untuk jalan kaki orang. Dulu kan jalannya di pinggirnya itu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, tanah itu kas memang sudah turun temurun disewa oleh Supardi. Tanah tegalan itu selama ini ditanami kayu keras semacam jati. Hingga akhirnya tanah digali untuk pengerukan lapangan dan membuat jalan tembusan.
"Jadi bukan wajan untuk masak tapi landasan pompa," katanya.
Wajan Raksasa Peninggalan Belanda di Bantul akan Dijadikan Monumen
Dukuh Kretek Riyan Hidayat (28) mengatakan bahwa penemuan ini menjadi daya tarik masyarakat. Untuk itu, wajan direncanakan akan dijadikan monumen.
"Dari masyarakat menginginkan dijadikan monumen di sini. Bisa pembelajaran sejarah. Selain itu keinginan saya bisa jadi daya wisata menjadi potensi wilayah di Kretek," kata Riyan.
Riyan mengatakan, pembelajaran sejarah bisa didapat dari kisah wajan itu sendiri. Wajan sebagai saksi bahwa dahulu Belanda pernah membuat pompa air besar untuk perkebunan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, potensi di wilayahnya dapat diperkenalkan lebih luas melalui daya tarik dari wajan tersebut. Pedukuhan Kretek sendiri memang dikenal sebagai salah satu penghasil batu bata merah.
Sedangkan Bhabinkamtibmas Jambidan, Aiptu Basori, mengatakan pihaknya masih menjaga wajan tersebut. Tujuannya agar wajan tidak berpindah ke tempat lain sebelum ada kejelasan lebih lanjut.
"Kita selaku Bhabinkamtibmas kroscek info wajan ternyata betul. Kita mengamankan agar tidak berpindah ke tempat yang tidak bertanggung jawab. Agar barang itu tetap aman," ujarnya.
Sejumlah warga tampak tertarik dengan wajan ini, Surani asal Kecamatan Srandakan rela datang karena penasaran.
"Kemarin sore tahu tetangga buat status WA jadi ke sini dua kali ini saya, sekarang nganter ponakan. Karena penasaran wajan gede," kata Surani.
ADVERTISEMENT