Filipina dan Kanada Bisa Perang Gara-gara Sampah

16 Mei 2019 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demo warga Filipina tolak sampah dari Kanada. Foto: AFP/JAY DIRECTO
zoom-in-whitePerbesar
Demo warga Filipina tolak sampah dari Kanada. Foto: AFP/JAY DIRECTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika ada satu-dua sampah yang dibuang ke pekarangan rumah anda, barangkali masih bisa ditolerir. Tapi lain ceritanya jika sampahnya ribuan ton. Pasti kesal luar biasa, apalagi jika si pembuang sampah menolak membersihkannya. Bisa berkelahi ujungnya.
ADVERTISEMENT
Inilah yang terjadi antara Filipina dan Kanada. Pemerintah Filipina sedang marah besar karena Kanada mengirimkan mereka sampah seberat hampir 2.500 ton. Kanada dengan berbagai dalih menolak membawanya kembali. Dalih ini sudah disampaikan selama lima tahun.
Perkembangan terbaru pada Kamis (16/5), pemerintah Filipina menarik pulang dua diplomat mereka dari Kanada sebagai bentuk protes. Pasalnya hingga tenggat waktu 15 Mei, timbunan sampah yang berbau busuk itu tidak juga diambil Kanada.
"Kami akan terus mengurangi kehadiran diplomatik di Kanada sampah mereka dikapalkan dari sana," kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodore Locsin seperti dikutip dari AFP.
Sejak 2013
Ketegangan ini bermula ketika pelabuhan Manila kedatangan 103 kontainer dari Kanada pada 2013 dan 2014. Label pada kontainer adalah "plastik untuk didaur ulang", tapi ternyata ketika dibuka isinya sampah yang mulai membusuk.
ADVERTISEMENT
Biro Bea Cukai Filipina (BoC) mengatakan ada 2.450 ton sampah di dalamnya. Terdiri dari kantung plastik, kertas, limbah rumah tangga, hingga popok dewasa bekas. Sejak saat itu, BoC memasukkannya ke kategori barang-barang beracun.
Demo warga Filipina tolak sampah dari Kanada. Foto: AFP/JAY DIRECTO
Perusahaan pengirim yang berbasis di Ontario angkat tangan ketika diminta mengambil kembali sampah itu. Masalah terus berkembang ketika isi dari 26 kontainer dibuang secara ilegal di tanah kosong di provinsi Tarlac pada 2015, meresahkan warga. Aksi protes masyarakat kemudian terjadi di Filipina.
"Tanah airku bukan tempat sampahnya Kanada," kata anggota DPR Leah Paquiz pada 2015.
Filipina melakukan berbagai upaya diplomatik untuk membuat Kanada membawa pulang sampah mereka. Pada 2016 bahkan, pengadilan Filipina menyatakan Kanada harus mengambil sampah mereka. Petisi yang ditandatangani 40 ribu warga juga memaksa agar Kanada segera bertindak.
ADVERTISEMENT
Pada 2017, pihak pelabuhan Manila yang dikutip CNN Filipina mengatakan "bau sampah sudah tidak tertahankan lagi". Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menyampaikan hal ini langsung kepada Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam KTT ASEAN di Manila pada 2017.
Justin Trudeau dan Rodrigo Duterte Foto: REUTERS/Romeo Ranoco
Namun Kanada berdalih bahwa pengiriman sampah itu adalah transaksi perdagangan swasta, tidak ada hubungannya dengan pemerintah. Trudeau memang kemudian menyanggupi negaranya menarik kembali sampah itu, tapi terdengar setengah hati.
"Masih ada beberapa pertanyaan: Siapa yang akan membayarnya, siapa yang bertanggung jawab secara finansial?" kata Trudeau ketika itu.
Joe DiGangi, peneliti dan penasihat teknis lembaga anti-limbah Filipina IPEN, menggambarkan sikap Kanada seperti ini:
"Seperti meletakkan sampah di rumah tetanggamu, lalu menolak membersihkannya selama lima tahun sambil mencari alasan mengapa kau tidak bisa melakukannya."
ADVERTISEMENT
Ancaman Perang
Duterte, Presiden Filipina berusia 74 tahun, gemas betul dengan Kanada. Selain sampah, dia juga sebal dengan Trudeau yang selalu menyinggung pelanggaran HAM pada pemberantasan narkoba Filipina.
Bulan lalu, Duterte menyampaikan pernyataan kerasnya jika Kanada tidak juga mengambil sampah mereka. Duterte menyatakan akan perang.
"Kami peringatkan Kanada, mungkin minggu depan, bahwa mereka sebaiknya mengambil sampah-sampah itu," kata Duterte.
"Kami akan mengumumkan perang, kita bisa kok mengatasi mereka," lanjut dia lagi.
Demo warga Filipina tolak sampah dari Kanada. Foto: AFP/JAY DIRECTO
Juru bicara Presiden Salvador Panelo pada awal Mei mengatakan pernyataan perang Duterte hanya "kiasan" dan tidak perlu terlalu ditanggapi. Namun tidak demikian kata Menlu Locsin yang merasa Kanada harus menanggapinya dengan serius.
"Ketika Presiden berbicara akan mendeklarasikan perang dengan Kanada karena sampah di sini, itu berarti harus dianggap serius dan bukan kiasan," kata Locsin dikutip dari media Philstar.
ADVERTISEMENT
Usai komentar "perang" tersebut pemerintah Kanada kembali berjanji akan mengambil sampah itu dan menanggung biayanya. Ketika Filipina sudah bersiap mengapalkan sampah itu, Kanada kembali beralasan, mengatakan masih butuh beberapa pekan lagi untuk mempersiapkan dokumen.
Akhirnya tenggat waktu lewat dan Kanada masih belum mampu membersihkan sampah mereka. Saat ini, kontainer-kontainer sampah itu masih teronggok di pelabuhan Manila, tidak bergerak barang seinci pun.