Filipina Bebaskan Jurnalis Rappler Maria Ressa dari Tuduhan Penggelapan Pajak

12 September 2023 10:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemimpin Redaksi Rappler di Filipina, Maria Ressa. Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pemimpin Redaksi Rappler di Filipina, Maria Ressa. Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemenang penghargaan Nobel Perdamaian asal Filipina, Maria Ressa, dibebaskan dari dakwaan penggelapan pajak pada Selasa (12/9). Ini adalah kemenangan hukum terbaru bagi Ressa yang telah berjuang melawan dakwaan-dakwaan bermotif politik untuk membungkamnya.
ADVERTISEMENT
Wanita berusia 59 tahun yang memenangkan Nobel pada 2021 itu telah menghadapi berbagai dakwaan hukum yang diajukan di bawah pemerintahan eks Presiden Filipina pro-China, Rodrigo Duterte.
Dikutip dari AFP, Ressa — seorang jurnalis veteran yang secara vokal mengkritik brutalnya kebijakan anti-narkotika Duterte, adalah pendiri sekaligus redaktur eksekutif media lokal Filipina, Rappler.
Atas keberaniannya itu pula, Ressa dan Rappler yang didirikannya pada 2012 acap kali menjadi sasaran hukum di bawah pemerintahan Duterte.
Ressa dan Rappler telah menghadapi lima dakwaan pemerintah atas penggelapan pajak yang berasal dari penjualan deposito Filipina pada 2015. Cara itu disebut untuk mengumpulkan uang dari investor asing.
Sementara itu, Rappler menantang perintah Komisi Sekuritas dan Bursa Filipina untuk ditutup, lantaran diduga melanggar larangan kepemilikan asing di media domestik.
Maria Ressa Direktur Rappler. Foto: AFP/NOEL CELIS
Adapun di bawah konstitusi, investasi di perusahaan media domestik hanya diperuntukkan bagi warga negara Filipina atau entitas yang dikendalikan oleh warga negara itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, pengadilan telah membebaskan Ressa dan Rappler dari empat dakwaan pada Januari 2023. Tuduhan kelima disidangkan di pengadilan yang berbeda, yakni pada Selasa (12/9).
Meski telah dibebaskan, Ressa dan Rappler masih mengadapi masa depan yang tidak pasti. Sebab, ada dua kasus lainnya di pengadilan yang harus dihadapi — termasuk dugaan pencemaran nama baik.
Terlepas dari rintangan yang masih ada, kepada wartawan Ressa mengatakan bahwa pembebasannya ini telah memperkuat tekadnya untuk melanjutkan prosedur hukum.
"Anda harus memiliki keyakinan," kata Ressa sembari tersenyum dan raut wajah lega.
Jurnalis Maria Ressa. Foto: Caitlin Ochs/REUTERS
"Ini menunjukkan bahwa sistem pengadilan bekerja dan kami berharap untuk melihat dakwaan yang tersisa dibatalkan," imbuhnya.
Meski pemerintahan Filipina kini tidak lagi dipimpin oleh Duterte, tetapi penguasa saat ini — Ferdinand Marcos Jr, yang menggantikan Duterte pada Juni 2022, mengaku enggan ikut campur atas kasus Ressa.
ADVERTISEMENT
Alasannya, Marcos Jr memandang harus ada pemisahan kekuasaan antara cabang eksekutif dan yudikatif. Sementara itu, pemerintahan Duterte selalu menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kaitan apa pun dengan kasus-kasus yang menimpa Ressa.
Selama kampanye melawan kebijakan Duterte, Ressa — yang juga seorang warga negara Amerika Serikat tersebut tetap tinggal di Filipina.