Elektabilitas Airlangga hingga Puan Bisa Melejit Jika Efektif Bangun Pencitraan

28 Desember 2021 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Baliho Puan Maharani di Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Baliho Puan Maharani di Jawa Tengah. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puan Maharani, Airlangga Hartarto, hingga Muhaimin Iskandar menjadi satu dari sekian elite partai politik yang rajin memasang baliho, namun elektabilitasnya masih rendah dalam berbagai survei.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, mengungkapkan alasan terkait mengapa elektabilitas para ketum dan elite parpol jelang Pilpres 2024 cenderung lemah.
Menurut Ujang, selain faktor sosok tokoh parpol, praktik korupsi yang kerap dilakukan kader partai berdampak pada rendahnya kepercayaan masyarakat ke petinggi-petinggi parpol. Terutama yang digadang-gadang mau nyapres.
“Kita tahu bahwa banyak parpol seperti DPR, DPRD, dan bupati tersangkut kasus korupsi dan citra parpol di masyarakat itu masih rendah, kurang bagus. Oleh karena itu, berdampak pada figur-figur yang dihasilkan (parpol). Menurut saya sangat wajar kalau elektabilitasnya rendah, masyarakat masih belum percaya pada figur-figur yang lahir dari parpol,” ucap Ujang ketika dihubungi kumparan, Selasa (28/12).
Ketua DPR Puan Maharani (kanan) bersama Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan menunjukkan dokumen di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (29/9/2021). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Mengingat citra yang muncul cenderung kurang baik, Ujang mendorong agar mereka mulai membangun pencitraan dalam dua tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Selain bertujuan mendapatkan simpati masyarakat, cara ini dapat meningkatkan elektabilitas para ketum dan elite partai tersebut.
“Waktu masih panjang, Masih ada dua tahun. Menurut saya cukup ya (waktunya), sangat cukup kalau bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Tergantung dari dinamika politik yang berkembang dan momentum-momentum juga. Politik itu kan perlu momentum,” ujar Ujang.
“Kalau dalam membangun pencitraan, lalu dia punya momentum-momentum tertentu, lalu masyarakat bersimpati, tentu elektabilitas akan naik. Dua tahun waktu yang cukup untuk gas pol, membangun pencitraan untuk bisa bersama-bersama tebar pesona kepada rakyat,” lanjutnya.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini menjelaskan beberapa cara dapat digunakan untuk mendongkrak elektabilitas. Mulai dari memanfaatkan media massa dan sosial, serta dengan cara konvensional seperti memasang spanduk dan memberi bantuan ke masyarakat.
Billboard Airlangga Hartarto 2024 di Cipanas, Cianjur. Foto: Muhammad Iqbal/kumparan
“Pasti akan digunakan segala cara, serangan darat dan udara. Serangan udara dengan media yang ada, media mainstream, media sosial, bahkan membentuk channel Youtube. Lalu serangan daratnya, mereka pasti memasang baliho, spanduk, billboard, termasuk serangan sembako, memberi bantuan kepada masyarakat,” tutup dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Politika Research and Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) merilis hasil survei terbaru tentang elektabilitas capres 2024 dalam simulasi 15 nama. Hasilnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ada di posisi teratas dengan elektabilitas 25%, disusul Prabowo Subianto (22,9%) dan Anies Baswedan (12,4%).
Sementara Ketum Golkar Airlangga Hartarto ada di urutan ke-12 dengan 0,8% dan 0,6% dalam simulasi 32 nama, juga Ketum PKB Muhaimin Iskandar meraih elektabilitas 0,1% dalam simulasi 32 nama.
Sedangkan Ketua DPP PDIP Puan Maharani berada di urutan ke-10 dan urutan ke-13 dalam simulasi 32 nama dengan perolehan elektabilitas 1,1%.