Eceng Gondok yang Bikin Bengawan Solo Bak 'Permadani Hijau' Mulai Dibersihkan

31 Oktober 2023 14:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara kondisi Sungai Bengawan Solo yang dipenuhi eceng gondok di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (25/10/2023).  Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kondisi Sungai Bengawan Solo yang dipenuhi eceng gondok di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (25/10/2023). Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dipenuhi oleh tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes). Pemandangan ini membuat sungai terpanjang di Pulau Jawa ini bak permadani berwarna hijau.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Maryadi Utama mengatakan, saat ini pihaknya bersama Dinas PU Bojonegoro sedang membersihkan tanaman gulma itu. Pembersihan dilakukan sejak Minggu kemarin.
"Terkait eceng gondok kami bersama Dinas PU Bojonegoro dan PJT 1 mulai Minggu kemarin sudah melakukan kerja bakti untuk mengangkat eceng gondok tersebut," ujar Maryadi kepada kumparan, Selasa (31/10).
Ia menjelaskan, pembersihan akan terus dilakukan hingga aliran Sungai Bengawan Solo bebas dari eceng gondok.
"Masih kira kerjakan terus ya," kata dia.
Proses pembersihan tanaman eceng gondok di aliran sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Foto: Dok. BBWS

Ahli sebut fenomena langka

Decky Indrawan Junaedi, Ahli Ekologi dan Jenis Invasif, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan apa yang terjadi di Sungai Bengawan Solo adalah fenomena langka.
ADVERTISEMENT
Eceng gondok merupakan tanaman asli Amerika Selatan. Masuk dalam tumbuhan invasif, artinya mereka bisa tumbuh cepat dan dominan sehingga terkadang bisa mengancam lingkungan di sekitarnya.
“Disebut tidak biasa karena memang secara umum eceng gondok itu sebaran alamnya bukan di kita, bukan di Indonesia. Sebelumnya itu juga terjadi di Rawa Pening, bahkan sampai sekarang. Jadi memang kalau disebut normal, ini jelas tidak normal,” kata Decky saat dihubungi, Senin (30/10).
Ada beberapa dugaan kenapa populasi eceng gondok di Sungai Bengawan Solo membeludak. Pertama, kemungkinan eceng gondok terbawa arus dari hulu ke hilir hingga akhirnya sampai di sungai tersebut. Melimpahnya makanan eceng gondok di sungai membuat populasinya semakin banyak hingga menyebabkan eutrofikasi, atau ledakan populasi.
Proses pembersihan tanaman eceng gondok di aliran sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Foto: Dok. BBWS
Makanan berupa bahan organik atau bahan-bahan residu dari pupuk yang mengandung banyak nutrisi yang diperlukan eceng gondok terlarut dalam air sungai sehingga menciptakan kondisi ideal untuk berkembang biak.
ADVERTISEMENT
“Dugaan saya ini terjadi karena banyaknya bahan organik atau zat-zat nutrisi lain, misalnya, residu pupuk yang masuk ke sana. Tapi saya kurang tahu juga sumbernya atau situasi kondisi di sekitar Bengawan Solo itu seperti apa. Tetapi secara keilmuan biasanya itu, penyebabnya,” kata Decky.
Selain itu, kurangnya ikan, udang, dan predator lain di dalam sungai yang biasanya memakan akar atau daun eceng gondok, membuat tanaman ini semakin tidak terkendali populasinya. Faktor-faktor inilah yang membuat eceng gondok di Sungai Bengawan Solo membeludak.

Dampak buruk tanaman eceng gondok

Decky menegaskan jika ledakan eceng gondok di Sungai Bengawan Solo dibiarkan, ada beberapa dampak buruk yang bisa ditimbulkan bagi lingkungan, terutama untuk organisme di dalam sungai.
ADVERTISEMENT
Padahal, kata Decky, tanaman eceng gondok sebenarnya bisa bermanfaat untuk ekosistem jika populasinya terjaga dan seimbang dengan organisme yang ada di sungai.
“Sebetulnya bila komposisi dia seimbang dengan kondisi habitatnya, misalnya, dalam permukaan sungai Bengawan Solo itu mungkin hanya ada satu-dua eceng gondok, itu bagus. Karena eceng gondok itu bisa jadi dia menyerap logam berat. Itu dalam kondisi dia jarang-jarang atau sedikit populasinya,” ujar Decky.
Foto udara kondisi Sungai Bengawan Solo yang dipenuhi eceng gondok di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (25/10/2023). Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO
Namun, bila populasinya sudah banyak, ini bisa menyebabkan dampak negatif seperti menurunnya kandungan oksigen di dalam air sehingga mengancam organisme yang ada di dalam sungai baik itu ikan, udang, krustasea, serangga air, moluska, dan lain-lain.
Kedua adalah biomassa yang menumpuk di sungai dan mengalami penuaan kemudian menjadi lapuk dan jatuh ke bagian bawah sungai, akumulasi dari biomassa tersebut dalam jangka panjang bisa membuat pendangkalan sungai. Hal yang sama terjadi di Rawa Pening sehingga menjadi isu nasional.
ADVERTISEMENT