Demokrat Bisa Pimpin Koalisi Baru, Jika PKS Batal Dukung Prabowo

17 April 2018 18:22 WIB
Prabowo di Rakernas DPP Gerindra (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Prabowo di Rakernas DPP Gerindra (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Partai Gerindra belum mempunyai skenario alternatif jika PKS batal memberikan dukungan dalam Pemilu 2019. Kondisi itu membuat beragam skenario koalisi masih mungkin terjadi, terutama untuk partai-partai yang belum mendeklarasikan calon presiden.
ADVERTISEMENT
Salah satu skenario yang menuai tanda tanya adalah nasib Prabowo Subianto jika PKS batal berkoalisi, dan formasi koalisi baru untuk menghadapi Joko Widodo di Pemilu 2019.
Direktur Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas, menyebut formasi koalisi baru ini bisa terjadi antara PKS (40 kursi), Demokrat (61 kursi) dan PAN (49 kursi) dengan akumulasi sebanyak 150 kursi. Cukup untuk mengusung capres-cawapres.
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
"Saya kira pengelompokan baru mungkin akan dipimpin Demokrat jika koalisi Gerindra bubar," ucap Sirojudin kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (17/4).
Poros koalisi baru ini bisa menjadi turut menarik Partai Gerindra untuk bergabung, dan mulai bernegosiasi ulang untuk menentukan capres-cawpres. Namun, tentu tidak sesederhana itu bagi Gerindra.
Soal tokoh yang kemungkinan diusung, Sirojudin menilai Demokrat sebagai pemilik kursi terbanyak dibanding PKS dan PAN, punya kesempatan besar untuk mengusung putra mahkota, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
ADVERTISEMENT
"Tokoh bisa bisa diciptakan. Sebagai alternatif AHY bisa diciptkaan, atau misal dari PKS atau PAN, bisa toh," ujarnya.
Pengukuhan AHY sebagai Komandan Kogasma Demokrat. (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengukuhan AHY sebagai Komandan Kogasma Demokrat. (Foto: Puti Cinintya/kumparan)
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Hermanto mengatakan, Majelis Tinggi Demokrat masih mencermati semua kemungkinan yang bisa terjadi dalam Pilpres, termasuk kemungkinan poros baru.
“Kita memang di dalam pilpres ini masih terus berkordinasi dan waktu masih cukup, sehingga waktu ini kita pergunakan sebaik-baiknya. Karena memang Demokrat harus tetep menentukan apakah kita membentuk poros ketiga, apakah kita mendukung koalisi yang sudah ada,” kata Agus di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/4).
Agus menyebut koalisi yang ada sekarang sebetulnya belum ada yang final. Jokowi meski didukung banyak parpol, belum menentukan cawapres. Sementara Prabowo bahkan belum punya rekan koalisi.
ADVERTISEMENT
“Toh yang lain, misalnya, koalisi yang ada ini juga belum mantap betul karena baru ditetapkan presidennya, wapresnya belum, koalisinya juga belum. Sehingga waktu yang tersedia ini Demokrat akan gunakan sebaik mungkin, seefektif mungkin,” ungkap Wakil Ketua DPR itu.
Soal nama AHY, Demokrat sama sekali tidak ragu untuk mengusung sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2019. “Ragu itu menurut saya tidak sepakat karena Demokrat tidak pernah ragu-ragu," tegasnya.
Agus Hermanto, wakil ketua DPR-RI. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Hermanto, wakil ketua DPR-RI. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid meyakini PKS dan Gerindra akan berkoalisi di Pemilu 2019. Namun PKS masih membuka peluang calon lain untuk diusung sebagai capres.
“Kami dengan Gerindra saya yakin sepakat bahwa kita ingin menghadirkan alternatif capres yang lebih baik untuk Pilpres 2019. Kami sepakat, tinggal kemudian siapa yang akan kita sepakati sebagai capres dan siapa cawapresnya. Itu proses yang masih berjalan dan itu belum selesai sampi hari ini,” ucap Hidayat, Selasa (17/4).
ADVERTISEMENT