Darah, Memar, Persahabatan: Inilah Fight Club Bangkok

28 April 2022 21:35 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria berdiri diatas kontainer di sebuah acara Fight Club di Thailand, Sabtu (16/4/2022). Foto: Lillian SUWANRUMPHA/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria berdiri diatas kontainer di sebuah acara Fight Club di Thailand, Sabtu (16/4/2022). Foto: Lillian SUWANRUMPHA/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilya Ostrouschchenko melipat tangannya dan memberi hormat kepada pria di depannya. Di bawah cakrawala malam Bangkok, sorotan lampu menerjang tubuhnya. Di sekelilingnya, teriakan penonton bergema ganas memanggil nama julukannya, 'Somchai'. Inilah Fight Club Thailand.
ADVERTISEMENT
Dengan adrenalin yang telah memuncak, Somchai mendaratkan tendangan ke tubuh lawannya. 'Lelaki sejati' itu lalu meluncurkan rangkaian pukulan yang mendaratkan pria di depannya tersandung jatuh ke matras karet.
Sorakan penonton kian riuh memekakkan telinga. Setelah tiga menit pertarungan bengis, Somchai menegakkan punggungnya, menyambut kemenangan.
"Tangan saya gemetar. Lutut saya juga gemetaran. Tetapi, ketika saya berada di tengah arena, saya merasa bahagia," ucap pria berumur 22 tahun itu, dikutip dari AFP, Kamis (28/4).
Para petarung yang bertanding di sebuah acara oleh Fight Club di Thailand, Sabtu (16/4/2022). Foto: Lillian SUWANRUMPHA/AFP
Di ibu kota Thailand, petarung-petarung amatir kerap berkumpul di sebuah klub bawah tanah untuk bertukar tinju dan menumpahkan darah.
Klub tersebut sangat hiruk pikuk; dikelilingi oleh kontainer-kontainer kotor pada sebuah sudut pelabuhan tak terurus. Kondisi Fight Club Thailand jauh dari pesona megah stadion tinju Muay Thai.
ADVERTISEMENT
"Di sini Anda tidak perlu tahu cara bertarung. Anda hanya perlu memiliki hati, dan itu saja," ujar salah satu pendiri klub, Chana Worasart.
Pria berusia 30 tahun tersebut mendirikan Fight Club pada 2016, terinspirasi oleh film termasyhur dengan nama yang sama. Dia bermaksud memberikan wadah kepada para petarung amatir untuk menguji keterampilan atau sekadar melampiaskan agresi mereka.
"Saya pikir, popularitas Fight Club disebabkan gaya bertarung yang berbeda dari gaya di ring profesional," lanjut Worasart.
Fakta ini tentunya menjadi daya tarik untuk berbagai kontestan dari seluruh penjuru Bangkok. Salah satu dari mereka adalah seorang petarung berumur 23 tahun yang sehari-sehari menjaga toko kelontong miliknya, Surathat Sakulchue.
Malam itu, Sakulchue tengah bersiap-siap untuk melampiaskan agresinya; mencari puncak katarsis lewat darah dan memar.
ADVERTISEMENT
"Bertarung di tengah-tengah kontainer adalah sesuatu yang sungguh menyenangkan," tuturnya.
Seorang petarung bersiap sebelum bertanding di sebuah acara Fight Club di Thailand, Sabtu (16/4/2022). Foto: Lillian SUWANRUMPHA/AFP
Berbeda dengan film sensasional yang dirilis tahun 90-an itu, Fight Club Bangkok tidak melarang anggota-anggotanya untuk menceritakan pengalaman di arena.
Dengan bangga, mereka menjuluki klub bawah tanah tersebut sebagai 'ring yang mengubah kekerasan menjadi persahabatan'.
Menjaring 73.000 anggota di Facebook, grup ini telah menjadi sensasi lokal. Setiap petarung diberikan keleluasaan menghantam satu sama lain dengan habis-habisan selama ronde 3 menit. Tetapi, tidak ada pemenang yang diumumkan pada akhir pertarungan.
Para petarung yang bertanding di sebuah acara Fight Club di Thailand, Sabtu (16/4/2022). Foto: Lillian SUWANRUMPHA/AFP
Walau begitu, tetap ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh peserta Fight Club. Menyikut, bergulat, melempar lawan ke tanah, dan meninju bagian belakang kepala dilarang keras.
Tidak mengherankan, aktivitas brutal tersebut tak luput dari perhatian aparat Thailand. Pada 2016, pihak berwenang ditugaskan untuk siaga selama pertandingan bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Aktivitas ini pun diduga melanggar Undang-Undang Tinju yang dapat dikenai hukuman penjara satu tahun dan denda sekitar 20.682 Baht (Rp 8.700.000). Kendati demikian, Fight Club Bangkok terus berlanjut dalam pengawasan segelintir polisi.
Seorang petarung bersiap sebelum bertanding di sebuah acara Fight Club di Thailand, Sabtu (16/4/2022). Foto: Lillian SUWANRUMPHA/AFP
Pemilik klub pun bersikeras bahwa mereka tidak seharusnya diatur oleh Undang Undang Tinju.
"Saya tidak menentang gagasan untuk membuat pertarungan ini sah dan disetujui pemerintah. Tetapi, kita tidak boleh kehilangan identitas bawah tanah kita. Pertanyaannya, di manakah garis keseimbangan itu?" tanya Worasart.
"Kami tidak meminta para pejuang untuk saling membunuh. Jika Anda terlalu lelah atau terlalu terluka, maka kami akan menghentikan pertarungan," lanjut dia.
==================================
Kamu mudik di lebaran tahun ini? Share informasi di sepanjang jalur mudik ke email [email protected]. Kirimkan foto atau video beserta informasi singkat. Jangan lupa sertakan kontak yang bisa dihubungi tim redaksi kumparan.
ADVERTISEMENT
Laporan terbaik akan mendapatkan hadiah voucher Happyfit masing-masing senilai Rp 500 ribu untuk 5 orang dan saldo digital masing-masing Rp 300 ribu untuk 10 orang.