China Cari Solusi untuk Masalah Rendahnya Efektivitas Vaksin Buatannya

12 April 2021 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja dalam jas hazmat mendisinfeksi kotak vaksin CoronaVac Sinovac Biotech melawan penyakit coronavirus (COVID-19) setelah menurunkannya dari pesawat militer China di Pangkalan Udara Villamor di Pasay, Metro Manila, Filipina (28/2). Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja dalam jas hazmat mendisinfeksi kotak vaksin CoronaVac Sinovac Biotech melawan penyakit coronavirus (COVID-19) setelah menurunkannya dari pesawat militer China di Pangkalan Udara Villamor di Pasay, Metro Manila, Filipina (28/2). Foto: Eloisa Lopez/REUTERS
ADVERTISEMENT
Otoritas Kesehatan China mengakui vaksin COVID-19 buatannya memiliki efektivitas rendah.
ADVERTISEMENT
Masalah itu dipastikan Otoritas China tidak akan dibiarkan berlarut. Beberapa tindakan demi meningkatkan efektivitas vaksin akan diambil.
Seorang pekerja medis memberikan dosis vaksin corona di pusat vaksinasi sementara, Beijing, China, Minggu (3/1). Foto: cnsphoto/via REUTERS
"Vaksin China tak mempunya tingkat proteksi tinggi," kata Direktur Pusat Pengendalian Penyakit China, Gao Fu seperti dikutip dari Al-Jazeera.
"Kini kami secara resmi sedang mempertimbangkan penggunaan vaksin berbeda dari beberapa jalur teknis untuk proses imunisasi," sambung dia.
Orang-orang mengirimkan formulir untuk menerima vaksin corona di pusat vaksinasi sementara, Beijing, China, Minggu (3/1). Foto: cnsphoto/via REUTERS
"Mengubah dosis dan waktu pemberian antardosis juga menjadi solusi pasti untuk masalah efikasi ini," kata Gao.
Ada empat vaksin COVID-19 yang dikembangkan China. Kini, China sudah mendistribusikan jutaan dosis vaksin ke berbagai negara dunia, termasuk Indonesia.
Vaksin paling terkenal di China, Sinovac saat diujikan di Brasil hanya memiliki efikasi 50,4 persen. Hasil di Brasil lebih rendah dari di Indonesia dan Turki.
ADVERTISEMENT
Usai uji coba terakhir, pengembang Sinovac belum merilis data tinjauan akhir. Namun, peneliti Brasil menyebut dari hasil studi mereka Sinovac hanya 49,1 persen. Jumlah itu lebih rendah dari standar WHO yaitu 50 persen.
Sedangkan untuk pemberian dosis kedua dengan interval tiga pekan atau lebih efikasi naik 62,3 persen.
Jika dibandingkan dengan Pfizer jumlah efikasi Sinovac itu jauh tertinggal. Pfizer efikasinya bisa meningkat sampai 97 persen saat pemberian dosis kedua.