Cerita Bidan Euis, Dampingi Ibu Hamil yang Ditolak RSUD Subang hingga Meninggal

9 Maret 2023 3:33 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
33
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bidan Euis yang jadi saksi saat ibu hamil meninggal setelah ditolak RSUD Ciereng, Subang. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Bidan Euis yang jadi saksi saat ibu hamil meninggal setelah ditolak RSUD Ciereng, Subang. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Euis, bidan Desa Buniara, menjadi saksi kasus ibu hamil bernama Kurnaesih (39) yang meninggal setelah ditolak RSUD Subang. Kepada wartawan, Euis menceritakan kembali insiden yang terjadi Kamis, 16 Februari 2023 lalu itu.
ADVERTISEMENT
"Sekitar pukul 18.30 WIB atau ba'da Maghrib, Pak Juju Junaedi datang ke tempat praktik saya membawa istrinya untuk periksa kehamilan istri yang sudah sembilan bulan," tutur Euis saat ditemui, Rabu (8/3).
Namun, baru diperiksa, Kurnaesih muntah-muntah. Euis sempat mengira saat itu Kurnaesih hanya mual karena mau melahirkan karena secara fisik, pasiennya itu terlihat sehat.
"Tapi karena khawatir, takut terjadi sesuatu, saya bersama suami pasien langsung membawanya ke Puskesmas Tanjungsiang. Sampai di Puskesmas sekitar pukul 19.30 WIB. Sampai di Puskesmas, pasien muntah-muntah lagi," lanjutnya.
Untuk memastikan kondisi Kurnaesih, Euis dan bidan yang berjaga di Puskesmas serta pihak keluarga langsung membawa Kurnaesih ke RSUD Subang. Saat itu mereka menggunakan ambulans milik Puskesmas Tanjungsiang.
ADVERTISEMENT
"Saat itu pihak Puskesmas memberi tahu pihak RSUD Subang via telepon bahwa ada pasien yang mau melahirkan dirujuk ke RSUD. Untuk surat rujukan sendiri menyusul dan akan dibawa oleh pihak keluarga," ungkap Euis.
Mereka tiba di RSUD Subang sekitar pukul 21.00 WIB, dan Kurnaesih langsung dibawa ke IGD. Setelah mendapatkan perawatan sebentar di IGD, Kurnaesih lalu dibawa ke ruangan khusus ibu melahirkan, Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK).
"Namun sayang, sampai di ruang PONEK, perawatnya malah ngomong, 'Ruangan PONEK penuh dan ICU juga penuh, silakan bawa pasien ke rumah sakit yang lain' tanpa ada pemeriksaan dari pihak perawat di ruang tersebut," ucapnya.
Euis juga mengaku sempat adu mulut dengan perawat di PONEK agar Kurnaesih bisa diperiksa lebih dulu karena kondisinya sudah kritis. Namun permohonannya itu diabaikan oleh perawat di sana.
ADVERTISEMENT
"Saat itu saya minta tolonglah kepada para perawat, cek dulu kesehatan pasien. Jauh-jauh saya bawa dari Tanjungsiang ke Subang hanya mendapat omongan rumah sakit penuh, bukannya diperiksa dulu," tukasnya.
Saat itu, karena merasa kecewa dan bingung, Euis mencoba mengobrol dengan pihak keluarga pasien. Ia menanyakan bagaimana jika Kurnaesih dibawa ke rumah sakit lain karena di RSUD Subang penuh, dan pihak keluarga langsung setuju.
Kurnaesih akhirnya dirujuk ke rumah sakit lainnya di Bandung dengan ambulans milik Puskesmas Tanjungsiang. Tapi di tengah jalan, Kurnaesih kembali muntah-muntah dan akhirnya meninggal dunia sebelum sempat sampai ke rumah sakit.
"Jujur, saya merasa malu sekaligus kecewa. Kita sama-sama berprofesi sebagai tenaga kesehatan. Cobalah kerja yang baik dan profesional karena pekerjaan kita sama-sama menyelamatkan nyawa manusia," pungkasnya.
ADVERTISEMENT