Buntut Serangan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, Armenia Terancam Kudeta

20 September 2023 11:36 WIB
ยท
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang-orang berkumpul di gedung pemerintah Armenia untuk memprotes Perdana Menteri Nikol Pashinyan di Yerevan, Armenia, Selasa, 19 September 2023. Foto: Vahram Baghdasaryan/Photolure via AP
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang berkumpul di gedung pemerintah Armenia untuk memprotes Perdana Menteri Nikol Pashinyan di Yerevan, Armenia, Selasa, 19 September 2023. Foto: Vahram Baghdasaryan/Photolure via AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Demonstran menyerbu ibu kota Armenia, Yerevan, pada Selasa (19/9). Unjuk rasa berujung bentrok antara demonstran melawan aparat keamanan.
ADVERTISEMENT
Demonstran nampak mencoba menerobos penjagaan kepolisian di gedung pemerintahan. Mereka bahkan melempari polisi dan jendela kantor pemerintahan dengan botol.
Laporan media Armenia, RFE/RL, bentrok menyebabkan beberapa kaca dan jendela gedung pemerintahan hancur.
Api ledakan di wilayah yang menurut Azerbaijan menampung posisi pasukan Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri di Azerbaijan, Selasa (19/9/2023). Foto: Defense Ministry of Azerbaijan
Polisi merespons demonstran dengan melemparkan granat setrum.
Demo dipicu serangan Azerbaijan ke wilayah mayoritas etnis Armenia di Nagorno-Karabakh. Para demonstran menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Nikol Pashinyan.
Pashinyan mengatakan, demo yang dilakukan adalah upaya kudeta pemerintahan.
Laporan jurnalis AFP ada ratusan demonstran yang berkumpul di Yerevan's Republic Square yang tepat berada di depan kantor PM.
Para demonstran meneriakkan protes atas cara Pashinyan menangani krisis di Nagorno-Karabakh.
Anggota angkatan bersenjata Azeri menembakkan artileri selama bentrokan antara Armenia dan Azerbaijan di atas wilayah Nagorno-Karabakh. Foto: Defence Ministry of Azerbaijan/Handout via REUTERS
Teriakan demonstran termasuk di antaranya: "Nikol pengkhianat" dan "Nikol mundur."
Kelompok oposisi turut mengecam Pashinyan. Mereka menyebut, Pashinyan lemah dalam mengatasi krisis di Nagorno-Karabakh.
ADVERTISEMENT
"Mustahil untuk mempunyai pemimpin yang membuat kami kehilangan wilayah," kata seorang veteran perang Gevorg Gevorgyan seperti dikutip dari AFP.
"Kami ingin menunjukkan bahwa rakyat Armenia tidak akan pernah meninggalkan rakyat Artsakh," sambung dia.
Arhsakh adalah sebutan Armenia untuk Nagorno-Karabakh.