BPS: Indeks Ketimpangan Gender di Indonesia Terus Turun dalam 5 Tahun Terakhir

10 Mei 2024 17:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan hamil bekerja. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan hamil bekerja. Foto: PR Image Factory/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketimpangan gender antara perempuan dan laki-laki masih kerap kita temui di Indonesia. Mulai dalam bidang pendidikan, pekerjaan hingga pemerintahan. Proporsi keterlibatan perempuan dalam bidang tersebut masih lebih sedikit ketimbang laki-laki.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laporan yang menunjukkan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Indonesia terus turun sejak 2018 hingga 2023. Menurut BPS, hal ini menandakan adanya perbaikan yang stabil dalam kesetaraan gender.

Indeks Ketimpangan Gender (IKG)

Dalam laporan BPS, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Indonesia tahun 2023 menunjukkan penurunan sebesar 0,012 poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Sejak 2018, IKG di Indonesia berada di angka 0,499 dan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Di tahun 2019, misalnya, IKG ada di angka 0,488. Hal ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 0,011 poin.
Penurunan signifikan terjadi di tahun 2020. IKG di Indonesia menurun hingga 0,016 poin yang berarti indeks ketimpangan pada saat itu berada di angka 0,472. Kemudian, di tahun 2021 IKG berada di angka 0,465 terdapat penurunan sebesar 0,007.
ADVERTISEMENT
Sementara, tahun 2022 indeks ketimpangan berada di angka 0,459. Hal ini menunjukkan adanya penurunan 0,012 poin dari tahun sebelumnya.

IKG di Provinsi

IKG Indonesia pada 2023 mengalami perbaikan di sebagian besar provinsi di Indonesia. Secara total, 28 dari 34 provinsi mengalami penurunan pada 2023.
Sementara itu, terdapat lima provinsi yang mengalami peningkatan IKG, yaitu Kalimantan Tengah dengan kenaikan tertinggi sebesar 0,015 poin, disusul Kalimantan Utara 0,008, Papua 0,003, NTB 0,002, dan Sulawesi Tenggara (0,001). Hanya Provinsi Papua Barat yang tidak mengalami perubahan IKG.
Dari 34 provinsi di Indonesia, terdapat 14 provinsi yang capaian IKG-nya lebih baik dibandingkan capaian nasional pada 2023, yaitu sebesar 0,447 Sementara 20 provinsi lainnya masih kesulitan untuk mencapai angka IKG nasional. Hal ini menunjukkan masih adanya disparitas ketimpangan gender antarprovinsi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Angka Indeks Ketimpangan Gender (IKG) nasional yang semakin baik itu, ditandai dengan adanya penurunan. Penurunan tersebut juga menunjukkan adanya perbaikan seluruh indikator pada dimensi kesehatan reproduksi, pemberdayaan, dan tenaga kerja.

Dimensi Kesehatan Reproduksi

Terdapat dua indikator dalam dimensi kesehatan reproduksi, yaitu MTF dan MHPK20.
MTF merupakan proporsi perempuan usia 15 hingga 49 tahun yang melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan. Sementara, MHPK20 adalah proporsi perempuan usia 15 hingga 49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun.
Kedua indikator dimensi kesehatan reproduksi pada 2023 mengalami penurunan dibandingkan dengan 2022. Pada 2023, MTF mencapai 0,126, sedikit menurun dibandingkan 2022 yang mencapai 0,140.
Sementara, MHPK20 mengalami penurunan sebesar 0,007 poin dari tahun sebelumnya menjadi 0,258 di tahun 2023.
ADVERTISEMENT

Dimensi Pemberdayaan

Dalam dimensi pemberdayaan dapat dilihat dari keterlibatan perempuan di pemerintahan, seperti menjadi anggota legislatif dan pendidikan terakhir SMA ke atas.
Persentase perempuan yang memiliki pendidikan terakhir SMA ke atas terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2023, persentase perempuan dengan pendidikan tersebut mencapai 37,6 persen.
Sementara itu, dari tahun 2018 menunjukkan persentase sebesar 30,99 persen. Hal ini menandakan bahwa selama 5 tahun terakhir terdapat peningkatan sebesar 6,61 persen. Meski begitu, laki-laki dengan pendidikan SMA ke atas pada tahun 2023 masih lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, yaitu sebesar 42,62 persen.
Ketimpangan masih jelas terjadi jika dilihat dari keterlibatan perempuan dalam anggota legislatif. Pada 2023, persentase perempuan hanya berada di angka 22,14 persen. Sementara, laki-laki melesat jauh keterlibatannya dalam keanggotaan legislatif sebesar 77,86 persen di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, keterlibatan perempuan memang mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya (2022). Terdapat kenaikan sebesar 0,4 persen keberadaan perempuan di keanggotaan legislatif. Selama 5 tahun terakhir persentase perempuan terus mengalami kenaikan yang positif dibandingkan dengan laki-laki.

Dimensi Pasar Tenaga Kerja

Dimensi penyusun IKG yang terakhir adalah dimensi pasar tenaga kerja. Ini dapat dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki dan perempuan.
Tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan yang signifikan pada 2023. TPAK perempuan berada di angka 54,52 persen. Sementara, partisipasi angkatan kerja laki-laki sebanyak 84,26 persen.
Di atas kertas, perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan memang masih terlampau jauh. Namun, data menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam angkatan kerja terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Hal ini menandakan peluang perempuan memasuki pasar kerja semakin menunjukkan adanya usaha dalam mencapai kesetaraan. Terlebih lagi, TPAK perempuan menunjukkan tren yang relatif moderat dibandingkan TPAK laki-laki yang cenderung lebih fluktuatif pada periode 2018 hingga 2023.