BPPTKG Pastikan Merapi Masih Belum Aman karena Fase Ekstrusi, Ini Penjelasannya

14 Agustus 2021 3:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat Desa Kalitengah, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (30/6/2021). Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
zoom-in-whitePerbesar
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat Desa Kalitengah, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (30/6/2021). Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah terus menunjukkan aktivitas guguran lava dan awan panas dalam beberapa hari terakhir. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan kondisi Gunung Merapi masih belum aman.
ADVERTISEMENT
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan kondisi itu terjadi karena Gunung Merapi kini memasuki fase ekstrusi atau fase keluarnya magma dari permukaan gunung.
"Kalau aman belum karena justru sekarang ini fasenya adalah fase ekstrusi," kata Hanik dalam Pembahasan Aktivitas Merapi Terkini yang berlangsung secara virtual di Yogyakarta, seperti dikutip Antara, Sabtu (14/8).

Aktivitas Gunung Merapi Menurun tapi Harus Diwaspadai

Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (27/1). Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
Menurut Hanik, sejak April 2021, Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas seismik yang kemudian menurun pada 6 Agustus 2021. Namun penurunan seismik tersebut menandai dimulainya fase ekstrusi magma.
Indikasi dimulainya fase ekstrusi magma juga ditunjukkan dengan penurunan deformasi gunung yang menunjukkan tekanan magma dari dalam sudah mulai berkurang.
"Pada saat ada tekanan adalah fase intrusi atau pergerakan magma dari dalam menuju ke permukaan. Nah sekarang fase keluarnya (magma) yang sudah ada di permukaan," kata dia.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau BPPTKG dengan menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 7,7 sentimeter per hari.
ADVERTISEMENT
"Fase ekstrusi ini justru kita harus hati-hati dalam artian awan panas masih mengancam ke daerah-daerah potensi (terdampak bahaya)," imbau Hanik.
Sementara itu, terkait arah guguran kubah lava, Hanik Menyebut mulai ada pergeseran yang semula dominan ke Kali Boyong atau sisi barat daya, dalam sebulan ini cenderung ke arah Kali Bebeng di sisi selatan-barat daya.
"Awal-awal dominannya itu adalah ke arah Kali Boyong. Mulai 13 Juli sampai dengan 13 Agustus ini sekarang yang dominan ke (Kali) Bebeng," kata Hanik.
Petugas mengamati guguran lava pijar Gunung Merapi di Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (18/1). Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
Hanik menuturkan bahwa sepanjang pengamatan selama sepekan, Gunung Merapi 28 kali melontarkan guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 3.000 meter.
Guguran lava teramati sebanyak 252 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan satu kali ke arah tenggara dengan jarak luncur 500 meter.
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, D.I Yogyakarta. Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
BPPTKG sampai sekarang mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
ADVERTISEMENT
Warga pun diminta mewaspadai potensi dampak guguran lava dan awan panas Gunung Merapi di sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Hanik mengingatkan, jika terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi dapat menjangkau area dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.