Belanda Siap Kembalikan Benda Bersejarah dari Negara Bekas Jajahan

14 Oktober 2020 15:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rak Tombak koleksi Museum Nasional Amsterdam dirampas dari Indonesia. Foto: Museum Volkskunde
zoom-in-whitePerbesar
Rak Tombak koleksi Museum Nasional Amsterdam dirampas dari Indonesia. Foto: Museum Volkskunde
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Belanda siap melacak pemilik ribuan benda bersejarah yang dirampas dari daerah bekas jajahan dan mengembalikan peninggalan tersebut ke para pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Museum Nasional Belanda, Rijksmuseum, Selasa (13/10), menemukan para pemilik sah benda bersejarah tersebut tidak akan mudah.
Dari ribuan benda hasil rampasan itu, dua di antaranya adalah berlian dari sebuah kesultanan di Indonesia (Banjarmasin) dan sebuah meriam yang dulunya digunakan untuk menyambut kedatangan raja di Sri Lanka.
Selama berkuasa, kekuasaan kolonialisme Belanda terpusat di Asia Tenggara dan wilayah Karibia.

Kepala Sejarah Rijksmuseum, Valika Smeulders, menyambut baik rencana pemerintah. Sebuah komisi independen di Belanda bulan ini menyebut keputusan pemerintah terus menyimpan benda bersejarah hasil rampasan era kolonial sebagai sesuatu yang “salah secara historis”.
ADVERTISEMENT
“Museum menerima pengetahuan baru, suara baru, keahlian baru, dan cara-cara baru untuk menerima masa lalu dan bagaimana kita melihat objek-objek ini... Kami akan meruntuhkan tembok-tembok di museum,” kata Smeulders seperti dikutip dari Antara, Rabu (14/10).

Berlian dari Banjarmasin

Berlian Banjarmasin. berlian milik Panembahan Adam, Sultan Banjarmasin. Foto: Museum Volkskunde
Belanda berencana membentuk pusat penelitian independen sebagai pusat data karya seni zaman kolonial, yang nantinya juga akan memuat asal benda serta bagaimana karya-karya tersebut didapatkan.
Pusat penelitian itu juga berencana membentuk panel yang akan mengurusi permintaan restitusi. Menurut Smeulders, pekerjaan tersebut akan sulit dilakukan.
Smeulders mencontohkan salah satu benda koleksi museum, yaitu sebuah berlian 36 karat yang dirampas oleh tentara Belanda dari Kesultanan Banjarmasin pada 1875.
Banjarmasin, daerah yang berada di Pulau Kalimantan, saat ini merupakan wilayah kesatuan Republik Indonesia. Sejak masa kolonial sampai hari ini, banyak perubahan yang terjadi di pemerintahan Belanda dan Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Dalam kasus ini, apakah kamu akan mengembalikan benda itu ke negara/pemerintah? Atau ke keturunan Sultan (Banjarmasin)?” kata Smeulders.
“Dan, siapakah yang berhak untuk diajak bicara mengenai masalah ini,” lanjutnya.
Patung dewa Hindhu, Ganesha, koleksi Volkenkunde Museum, Leiden, peninggalan Kerajaan Singasari. Foto: Museum Volkskunde

Meriam Sri Lanka

Sementara itu, meriam berwarna biru dan emas dari Kerajaan Kandy di Sri Lanka dirampas oleh tentara VOC pada 1765. Meriam itu saat ini dipajang di lemari khusus barang-barang langka milik Pangeran Oranye Belanda.
Meriam itu bersama puluhan hasil rampasan lainnya akan dikembalikan ke Sri Lanka tahun depan, tetapi sebelumnya banyak sejarawan dan ahli seni yang memperdebatkan keputusan itu dalam seminar-seminar.
Keputusan Belanda mengembalikan benda hasil penjarahan itu sama dengan langkah yang dilakukan oleh Jerman dan Prancis.
Upaya pengembalian barang hasil rampasan telah dimulai sejak terbit perjanjian Prinsip-Prinsip Washington pada 1998 yang memungkinkan barang-barang hasil rampasan Nazi selama Perang Dunia II diserahkan kembali ke keturunan etnis Yahudi.
ADVERTISEMENT