Anak-anak Palestina Terima Kasih ke Mahasiswa AS: Teruslah Dukung Kami

29 April 2024 11:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria menulis pesan terima kasih kepada mahasiswa di AS yang melakukan protes solidaritas terhadap rakyat Gaza, di tenda di kamp pengungsi Palestina di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 27 April 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung. Foto: Dimitar DILKOFF / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria menulis pesan terima kasih kepada mahasiswa di AS yang melakukan protes solidaritas terhadap rakyat Gaza, di tenda di kamp pengungsi Palestina di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 27 April 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung. Foto: Dimitar DILKOFF / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puluhan pelajar dan anak-anak Palestina mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan mahasiswa di kampus-kampus AS dalam beberapa minggu terakhir. Mereka berkumpul dan menunjukkan solidaritasnya dalam demonstrasi di Gaza selatan pada Minggu (28/4).
ADVERTISEMENT
Video dari kamp pengungsi Shaboura di Rafah menunjukkan anak-anak memegang spanduk bertuliskan pesan: “Mahasiswa Columbia University, teruslah mendukung kami” dan, “Melanggar hak kami atas pendidikan dan kehidupan adalah kejahatan perang.”
Para siswa berkumpul di sekitar tenda darurat dekat sekolah yang sekarang berfungsi sebagai tempat penampungan warga Palestina. Rekaman menunjukkan orang-orang melukis pesan ucapan terima kasih pada kain tenda.
“Terima kasih para pelajar yang solidaritas dengan Gaza. Pesan anda telah sampai,” tulis salah satu pesan tersebut.
Seorang mahasiswa pengungsi dari Beit Hanoun di Gaza Utara, Takfeer Abu-Yousuf, mengatakan bahwa dirinya merasa perlu berterima kasih kepada mahasiswa di AS yang mendukung Palestina dengan rasa kemanusiaan.
“Itu adalah pesan terima kasih di tenda kami, tenda yang tidak melindungi kami dari panas dan dingin. Setidaknya yang bisa kita lakukan adalah berterima kasih kepada mereka. Kami tidak dapat menuliskan pesan terima kasih ini di dinding rumah kami karena kami tidak memiliki rumah. Mereka telah dihancurkan, termasuk anak-anak, orang tua, dan wanita kami,” katanya kepada CNN.
ADVERTISEMENT
Remaja delapan belas tahun, Rana Al-Taher, menunjuk sekolah di kamp tersebut sambil mengatakan bahwa apa yang seharusnya menjadi tempat belajar kini telah menjadi tempat berlindung.
“Itu artinya kami kehilangan pendidikan. Kami telah kehilangan satu-satunya harapan kami di Gaza dan kami menginginkannya kembali. Kami di sini untuk memintanya kembali. Adalah hak kami untuk mendapatkannya kembali, itulah sebabnya kami ada di sini,” ungkapnya.
Anak-anak membawa wadah berisi air di samping tenda bertuliskan pesan terima kasih kepada para pelajar di AS yang melakukan protes solidaritas terhadap rakyat Gaza, di sebuah kamp pengungsi Palestina di Rafah, di selatan Jalur Gaza pada (27/4/2024). Foto: Dimitar DILKOFF / AFP
Menurut PBB, setidaknya telah terjadi lebih dari 200 serangan langsung terhadap sekolah di Gaza sejak pemboman Israel dimulai.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan, selama hampir enam bulan tidak ada aktivitas pendidikan sama sekali di Gaza.
Dalam laporan baru-baru ini, para ahli PBB mengecam penghancuran sistemik terhadap sistem pendidikan Gaza.
ADVERTISEMENT
“Serangan yang terus-menerus dan tidak berperasaan terhadap infrastruktur pendidikan di Gaza memiliki dampak jangka panjang yang menghancurkan terhadap hak-hak dasar masyarakat untuk belajar dan bebas berekspresi, sehingga merampas masa depan generasi Palestina berikutnya,” kata para ahli.
Mahasiswa tahun pertama, Bayan Al-Fiqhi, mengatakan dirinya belum bisa menghadiri kuliah di universitasnya di Kairo sejak perang di Gaza dimulai. Dia juga sangat menghargai mahasiswa di AS karena melakukan protes solidaritas untuk Palestina.
“Kami berharap mereka menambah tekanan pada Israel dan AS untuk menghentikan pertumpahan darah yang terjadi di Jalur Gaza dan mencegah invasi ke Rafah,” tambahnya.
Nowar Diab (21) turut menyesali dampak pemboman Israel di Gaza terhadap aktivitas akademisnya.
“Saya seharusnya lulus tahun ini. Saya belajar sastra Inggris dan Prancis di Universitas Al-Azhar, namun Universitas Al-Azhar dibombardir. Perang ini seperti perbatasan antara saya dan impian saya serta awal karier saya,” ujar Diab.
ADVERTISEMENT
“Hari ini saya berdiri di sini untuk memberi tahu seluruh dunia bahwa kami, mahasiswa di Gaza, mengalami kesakitan dan penderitaan setiap hari,” tambahnya.
Diab mengatakan, meskipun perang Israel terbilang sangat brutal, namun ketangguhan dan tekad mahasiswa di Gaza dapat terlihat jelas di mata dunia.