AN Program Baru Kemendikbud Pengganti UN: Ciptakan Iklim Kebinekaan di Sekolah

27 Juli 2021 20:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMK Negeri 1, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (16/3). Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
zoom-in-whitePerbesar
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMK Negeri 1, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (16/3). Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asesmen Nasional (AN) pengganti Ujian Nasional (UN) menjadi sebuah terobosan Kemendikbud dalam membenahi sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu aspek yang menonjol dalam AN ini adalah Survei Lingkungan Sekolah.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud, Anindito Aditomo, dalam AN ada banyak aspek yang diukur untuk nantinya membantu perbaikan kualitas sekolah. Salah satunya adalah iklim kebinekaan di sekolah.
“Mungkin sepintas tidak secara langsung soal pembelajaran. Dia merupakan prakondisi atau prasyarat bagi terjadinya pembelajaran. Kita menyebutnya iklim sekolah, school climate. Satu, iklim keamanan sekolah, kedua, kita menyebutnya sebagai iklim kebinekaan sekolah,” jelas Anindito dalam diskusi virtual Persiapan Asesmen Nasional 2021, Selasa (27/7).
Anindito mengatakan, penilaian iklim kebinekaan ini akan berfokus pada keberagaman yang ada di sekolah. Survei Lingkungan Belajar ini akan diikuti oleh tenaga pendidik di sekolah-sekolah setiap jenjang, mulai dari SD, SMP, SMA/SMK sederajat.
Anindito Aditomo, Kepala Balitbang dan Perbukuan Kemendikbud. Foto: dok Kemdikbud.go.id
Survei soal iklim kebinekaan ini, kata Anindito, akan melihat apakah sekolah telah menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman bagi siswa dalam konteks sosial: Apakah siswanya mengalami diskriminasi di tengah-tengah keberagaman di satuan pendidikan itu.
ADVERTISEMENT
“‘Gimana mau belajar kalau saya di sekolah, kalau dapat hukuman fisik, gimana saya mau sekolah kalau ada kekerasan.’ Itu kebinekaan ya,” kata dia.
Siswa yang menjadi korban diskriminasi, seperti tidak diterima oleh sekeliling karena identitas, latar belakang sosial dan ekonomi, kondisi fisik, latar belakang agama dan budaya yang berbeda, itu dapat mempengaruhi iklim pembelajaran di suatu sekolah.
Sejumlah siswa mengikuti simulasi kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di SMAN 21 Makassar, Sulawesi Selatan. Foto: Arnas Padda/ANTARA FOTO
Tujuan dari survei ini, menurutnya, adalah untuk membantu sekolah dalam mencari tahu bagian mana yang harus diubah dan ditingkatkan, demi memperbaiki kualitas pendidikan.
“Survei lingkungan sekolah, tujuan AN itu untuk memperbaiki kualitas. Kalau hanya menyampaikan info hasil belajar, sekolah harus mikir sendiri, kalau literasi kurang, saya harus apa? Kalau kurang kolaborasi, saya harus apa? Untuk memberi info itu, kita melakukan survei lingkungan belajar,” pungkas Anindito.
ADVERTISEMENT