Alasan Kepsek SMK di Nias Pukul Siswa: Perkara Genset

18 April 2024 16:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi melayat ke rumah duka siswa SMK di Nias, Yaredi Nduru, yang tewas diduga dipukul Kepsek Foto: Dok. Polres Nias Selatan
zoom-in-whitePerbesar
Polisi melayat ke rumah duka siswa SMK di Nias, Yaredi Nduru, yang tewas diduga dipukul Kepsek Foto: Dok. Polres Nias Selatan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yaredi Nduru (17), siswa SMKN 1 Siduaori, Nias Selatan, meninggal usai mengalami mati saraf usai diduga dipukul kepala sekolahnya, SZ (37). Kasat Reskrim Polres Nias Selatan, AKP Freddy Siagian, menyebut Yaredi dan enam temannya dipukul setelah SZ menerima laporan dari tempat magang ketujuh siswa itu.
ADVERTISEMENT
Yaredi dan teman-temannya saat itu sedang magang di Kantor Camat Siduaori. Sebelum insiden itu terjadi, ketujuh siswa magang itu sempat diminta mengangkat genset namun tak langsung dilaksanakan.
"Awalnya kan tanggal 23 Maret itu oleh sekretaris camat, mereka ada disuruh sesuatu, minta mengangkat genset. Mungkin anak-anak ini enggak langsung mengindahkan perintah dari sekretaris camat atau kantor camat tersebut, kemudian oleh sekretaris camat dilaporkan ke kepala sekolah," kata Freddy saat dihubungi, Kamis (18/4).
Setelah mendapatkan laporan itu, SZ lalu mengumpulkan ketujuh siswa tersebut, termasuk Yaredi. Di sanalah insiden pemukulan itu terjadi.
"Oleh kepala sekolah mereka dipanggil pada Sabtu (23/3), dikumpulkan ke sekolah. Memang katanya setiap Sabtu mereka tetap kumpul di sekolah, bimbingan. Kemudian ditanya soal hal ini mungkin," lanjut Freddy.
ADVERTISEMENT
Polisi melayat ke rumah duka siswa SMK di Nias, Yaredi Nduru, yang tewas diduga dipukul Kepsek Foto: Dok. Polres Nias Selatan
Oleh SZ, ketujuh siswa itu dipukul di bagian dahi dengan tangan kosong. Freddy memastikan, SZ tak menggunakan alat atau senjata saat itu.
"Dipukul dengan kepalan tangan, tapi dengan sisi luarnya begitu," jelasnya.
Usai kejadian, pada Senin dan Selasa berikutnya Yaredi masih ikut magang, bahkan teman-temannya tak tahu jika Yaredi sakit. Baru pada hari Rabu (27/3), Yaredi tak masuk karena sakit.
Pada 9 April 2024, Yaredi sempat masuk rumah sakit untuk berobat, dan hanya dirawat inap selama sehari. Berdasarkan hasil rontgen, diketahui salah satu saraf di dahi Yaredi tak berfungsi, diduga akibat dipukul oleh SZ.
“Keterangan dokter bahwa ada bekas dari pukulan di bagian kening dan salah satu saraf tidak berfungsi di bagian kening korban, sehingga korban sakit parah,” kata Kasi Humas Polres Nias Selatan Dian Octo Tobing.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa hari di rumah, Yaredi kembali mengalami demam tinggi dan kondisinya memburuk hingga dinyatakan meninggal dunia pada Senin (15/4). Saat demam itulah, Yaredi mengigau jika penyebab sakitnya adalah lima pukulan SZ di dahinya.