Kenapa Anak Laki-laki Perlu Disunat?

10 September 2018 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sunat. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sunat. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada umumnya, istilah sunat akan dikaikan dengan tindakan membuang sebagian dari kulit kelamin, baik anak perempuan maupun laki-laki. Di Amerika Serikat, sekali pun tidak memasyarakat, tindakan sunat umumnya dilakukan pada bayi yang baru lahir, sebelum mereka dibawa pulang ke rumah. Sementara di kalangan masyarakat Yahudi, sunat dilakukan pada hari ke-7 setelah bayi laki-laki dilahirkan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, tindakan sunat ini umumnya dilatarbelakangi oleh suatu budaya serta agama, Moms. Agama Islam misalnya, mewajibkan seluruh laki-laki untuk disunat.
Secara umum, sunat memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan, khususnya kesehatan alat kelamin anak laki-laki. Hal ini dibuktikan The American Academy of Pediatrics yang mempublikasikan hasil penelitiannya.
Dari 14.893 bayi laki-laki yang tidak disunat, 86 persen diantaranya menderita infeksi saluran kemih pada usia di bawah satu tahun. Jadi, terbukti bahwa sunat memang dapat membantu mencegah terjadinya infeksi pada alat kelamin anak laki-laki.
Pada anak perempuan, sebagian masyarakat memang melakukan sunat. Namun dari segi kesehatan, sunat pada anak perempuan tidak terbukti memberikan manfaat, sehingga banyak dokter yang tidak menganjurkannya, Moms. Dr Ireska T. Afifa dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa larangan sunat pada perempuan diputuskan melalui Permenkes No. 6 Tahun 2015. Peraturan tersebut menyatakan sunat pada perempuan bukan termasuk tindakan kedokteran karena tidak berdasar indikasi medis dan tak terbukti manfaat kesehatannya untuk perempuan.
ADVERTISEMENT
Menurut kebiasaan yang berkembang di tengah masyarakat Indonesia, sunat pada anak laki-laki dilakukan saat ia sudah mencapai usia akil balik, yaitu sudah berusia belasan tahun. Namun, tak jarang sunat dilakukan pada saat ia masih bayi karena alasan tertentu, misalnya karena ada gangguan atau kelaianan pada alat kelaminnya.
Gejala dan Cara Mengatasi Fimosis pada Anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Gejala dan Cara Mengatasi Fimosis pada Anak (Foto: Thinkstock)
Salah satu alasan yang mendorong dokter untuk melakukan sunat pada bayi laki-laki adalah karena adanya kelainan pada alat kelamin yang disebut fimosis. Kelainan ini tepatnya terjadi pada lubang kulup. Dalam keadaan normal, lubang kulup tersebut cukup besar. Namun, pada bayi dengan fimosis, lubang kulupnya terlalu kecil sehingga kulup tidak dapat ditarik ke belakang. Bila dibiarkan, si kecil akan merasa kesakitan setiap kali buang air kecil.
ADVERTISEMENT
Pada kenyataan-nya, hanya sedikit bayi baru lahir yang kulupnya langsung dapat ditarik, yakni kurang dari 5 persen. Namun, biasanya setelah berumur sekitar 3 tahun, kulup itu akan mulai dapat ditarik. Lubang kulup yang terlalu kecil ini bisa disebabkan oleh kelainan bawaan atau juga akibat serangan infeksi yang disebut balantis atau balainitis, sehingga mengakibatkan kulup membengkak.
Karena lubung kulup terlalu kecil, maka sisa urine tidak dapat keluar seluruhnya dan mengumpul di ujung kemaluannya. Sisa urine yang terkumpul ini dapat menjadi sarang kuman penyakit bila tidak dijaga kebersihannya. Selain itu, lubang kulup yang terlalu sempit juga membuat urine hanya dapat keluar sedikit demi sedikit, dan urine yang sulit keluar ini kemudian akan menekan kulup sehingga menggelembung.
ADVERTISEMENT
Keadaan ini akan membuat anak kesakitan. Karenanya, waspadalah apabila anak laki-laki Anda menangis setiap kali buang air kecil. Sebab, bukan tidak mungkin dia menderita fimosis. Oleh sebab itu, dokter akan melakukan sunat pada anak yang masih berusia bayi untuk memperlebar kulupnya, Moms.