Kemenkes Ungkap Penyebab Stunting Hanya Turun 0,1%: Kasus Barunya Naik 1,2 Juta

10 Mei 2024 13:23 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkes Budi Gunadi Sadikin di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Budi Gunadi Sadikin di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah memiliki target menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024. Namun, data per 2023 menunjukkan angka stunting tidak mengalami penurunan yang signifikan, yakni hanya 0,1 persen, dari tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Data menunjukkan angka prevalensi stunting di Indonesia yang baru turun 0,1 persen, dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023. Apa yang menyebabkan angka stunting cuma turun 0,1 persen?
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, salah satu penyebabnya belum ditemukan model implementasi yang sesuai dari program-program yang telah dilaksanakan.
"Masalah eksekusi di lapangannya, implementasi di lapangannya, itu belum ketemu model implementasi di lapangan yang pas. Nah, itu yang sekarang sedang kita cari model pas-nya itu apa," ujar Budi dikutip dari Antara.
Menurut Budi, masalah implementasi dan eksekusi di lapangan penyelesaian stunting terjadi di berbagai daerah. Sebab, Kemenkes masih belum mendapatkan implementasi yang konsisten dapat menekan prevalensi stunting di daerah-daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
"Enggak ada satu daerah yang konsisten di satu provinsi, even di satu kabupaten/kota sedikit sekali yang bisa (konsisten)," tuturnya.

Anak dengan Stunting Juga Mengalami Penambahan

Sementara itu, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi mengungkapkan, sedikitnya penurunan prevalensi stunting diakibatkan oleh bertambahnya pula jumlah anak yang baru mengalami stunting.
Hal ini didapatkan berdasarkan hasil evaluasi data-data berbagai daerah yang masuk ke Kemenkes. Hasilnya menunjukkan jumlah anak yang berhasil keluar dari kelompok stunting hanya sedikit selisihnya dengan anak yang baru masuk ke dalam kelompok stunting.
"Jadi, yang keluar 1,2 juta, yang masuk juga sekitar 1,2 juta. Bedanya cuma ratusan ribu, sehingga nanti kita evaluasinya adalah karena yang masuk stunting itu cukup deras," jelas Maria.
ADVERTISEMENT
Data ini tengah dilakukan evaluasi bersama oleh Kemenkes. Salah satu perhatian utama pihaknya adalah anak-anak yang masuk dalam kategori wasting. Wasting adalah kondisi anak dengan berat badan yang menurun seiring waktu menjadi jauh di bawah standar kurva pertumbuhan, yang disebabkan oleh gizi kurang atau gizi buruk. Singkatnya, anak dengan wasting memiliki berat badan yang turun drastis, tapi tinggi badannya tidak bermasalah.
Wasting dapat dikatakan sebagai 'calon stunting'. Maka dari itu, perlu diterapkan protokol pencegahan stunting yang ideal. Maria pun optimistis langkah ini bisa membantu menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
"Sehingga yang ideal dan itu sebenarnya di protokol kita ada, yaitu membantu ibu hamil, membantu baduta (bayi dua tahun) dan ibu menyusui," tegas Maria.
ADVERTISEMENT