IDAI Sebut Kesiapan Bencana di RI Masih Rendah, Ajak Keluarga Mitigasi-Persiapan

21 September 2023 9:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah anak korban gempa bercerita dengan menggunakan wayang berkarakter hewan bersama Pendongeng keliling satwa langka Indonesia, Samsudin di Posko Pengungsian Sarampad, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah anak korban gempa bercerita dengan menggunakan wayang berkarakter hewan bersama Pendongeng keliling satwa langka Indonesia, Samsudin di Posko Pengungsian Sarampad, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022). Foto: Wahyu Putro A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dikenal sebagai negara yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan secara topografi dan geologi, Indonesia terletak di tiga lempengan dan lebih dari 120 gunung api yang masih aktif. Tak hanya itu, bencana alam yang diakibatkan perubahan iklim juga tidak boleh disepelekan, karena bisa berdampak pada kesehatan keluarga termasuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
Sayangnya masih banyak keluarga di Indonesia belum sepenuhnya paham tentang kesadaran bencana. Menurut Ketua PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), berdasarkan dana BNPB yang dipaparkannya masih ada sekitar 66 persen masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat kesiagaan bencana.
“Hasil survei BNPB tahun 2022 menunjukkan tingkat kesiapan bencana pada masyarakat Indonesia sekitar 30 persen. Padahal, mitigasi atau persiapan dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan ini perlu dilakukan justru saat [bencana] tidak terjadi,” kata Dr. Piprim dalam media briefing Menyiapkan Anak Siaga Menghadapi Bencana yang diadakan IDAI, Rabu (20/9).
Tak hanya itu, saat terjadi bencana alam maupun non-alam, anak-anak juga cenderung lebih rentan, Moms. Apa alasannya?
Warga mengusap air mata anak penyintas gempa Cianjur yang mengikuti kegiatan menggambar di posko pengungsian Lapangan Cariu, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (30/11/2022). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
“Perubahan iklim dampaknya pada anak karena mereka punya kerentanan secara fisiologi, anatomi, dan tumbuh kembangnya berbeda dengan orang dewasa. Jadi, anak punya sifat yang bukan seperti orang dewasa mini, sehingga rentan saat terjadi bencana,” kata Ketua Satgas Bencana IDAI, Dr Kurniawan Taufiq Khadafi, M.Biomed, SpA(K).
ADVERTISEMENT
Misalnya, saat terjadi kebakaran, kabut asap dapat berdampak pada kesehatan anak-anak. Pengaruh asap yang paling umum terjadi seperti iritasi mata, infeksi saluran pernapasan atas, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah dimiliki anak sebelumnya, misalnya asma.
Maka dari itu, penting bagi setiap keluarga untuk memulai edukasi dini dari bencana dalam bentuk apa pun. Apa saja yang bisa dilakukan?

Persiapan Keluarga dalam Menghadapi Berbagai Bencana

Persiapan atau pelatihan kebencanaan di lingkungan terdekat anak sayangnya masih belum banyak dilakukan. Ini juga turut disoroti oleh anggota Satgas Bencana IDAI, Dr I Nyoman Arie Purwana, MSc, SpA(K).
“Yang penting ada dua, mitigasi dan persiapan. Mitigasi untuk pengurangan dan pencegahan, persiapan itu pelatihan kebencanaan. Sayangnya, pelatihan ini banyak keluarga yang belum mempraktikkan. Saya juga belum lihat belum banyak sekolah secara khusus melakukan pelatihan tersebut,” ungkap Dr. Nyoman Arie.
ADVERTISEMENT
Dr. Nyoman Arie pun mengingatkan ada berbagai persiapan yang bisa dilakukan. Namun, ada yang lebih mudah dan dapat dilakukan di rumah, yaitu menyiapkan tas siaga bencana. Kira-kira, apa saja yang perlu dimasukkan dalam tas tersebut?
Ilustrasi keluarga siap hadapi bencana. Foto: Shutterstock
“Apa yang harus disiapkan di rumah? Siapkan tas siaga bencana, isinya apa? Air minum, surat-surat penting, makanan ringan, masker, uang, p3k dan obat-obatan, pakaian dan lain-lainnya yang diperlukan sampai 2-3 hari. Mengapa? Karena dalam hitungan 2-3 hari pertolongan biasanya sudah datang sehingga tidak terjadi perburukan,” tutur Dr. Nyoman Arie.
Selain itu, ada berbagai aspek lainnya yang patut diperhatikan keluarga dalam mitigasi bencana. Ini perlu disesuaikan dengan jenis-jenis bencananya, Moms.
Misalnya, dalam bencana gempa bumi maka keluarga perlu memahami langkah-langkah awal penyelamatan saat terjadi guncangan. Di rumah atau saat anak-anak di sekolah, misalnya, ajari ia untuk melindungi diri dengan merunduk, berlindung, dan pegangan. Dan cari meja yang bisa melindungi kepala sampai setidaknya guncangan berhenti.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah kebakaran di rumah juga seluruh anggota keluarga diharapkan bisa langsung keluar rumah pada jalur yang aman. Rumah-rumah juga perlu didesain dengan jendela atau ventilasi udara yang baik, maupun dilengkapi dengan APAR.
Apakah Anda juga sudah menerapkannya di rumah dan pada seluruh anggota keluarga, Moms?