Ibu di AS Liburan 10 Hari, Tinggalkan Balita di Rumah hingga Meninggal

26 Maret 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto dari Departemen Sheriff Cuyahoga County, Ohio, menunjukkan Kristel Candelario, dari Cleveland, Ohio. Foto: Departemen Sheriff Cuyahoga County
zoom-in-whitePerbesar
Foto dari Departemen Sheriff Cuyahoga County, Ohio, menunjukkan Kristel Candelario, dari Cleveland, Ohio. Foto: Departemen Sheriff Cuyahoga County
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang ibu di Ohio, Amerika Serikat, harus mendekam di bilik penjara seumur hidup atas kematian sang putri, Jailyn (16 bulan), dengan meninggalkannya selama 10 hari untuk pergi berlibur di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, hakim di pengadilan Cleveland memberikan ibu korban, Kristel Candelario, hukuman penjara seumur hidup.
CNN melansir, Selasa (26/3), pada Juni 2023, Candelario pergi liburan musim panas selama 10 hari dan meninggalkan Jailyn sendirian di rumah. Jailyn ditinggalkan di playpen atau area bermainnya, dengan beberapa botol susu.
Tangisan Jailyn menggema di jalanan yang sepi di tengah malam. Ia merintih dan melolong, tetapi tidak ada yang datang menyelamatkannya. Kamera bel pintu tetangga menangkap jeritan Jailyn, termasuk di tengah malam, dua hari setelah ibunya pergi.
Penyidik mengungkapkan Candelario berada ratusan mil jauhnya di Puerto Rico bersama teman prianya. Setelah beberapa hari liburan di pantai, ia sempat singgah di Detroit. Dan pada 16 Juni 2023, ia baru kembali ke rumahnya dan menemukan sang putri telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Candelario pun mengaku bersalah pada persidangan bulan lalu atas satu dakwaan pembunuhan berat dan satu dakwaan membahayakan anak.
Dalam sidang putusan yang berlangsung Senin (18/3), ahli patologi forensik Elizabeth Mooney di ruang sidang mengungkapkan bahwa anak-anak cenderung akan mengalami kecemasan saat berpisah (separation anxiety) paling ekstrem di usia 9-18 bulan. Mooney juga menceritakan perkiraan hari-hari terakhir Jailyn yang menyiksa.
"Rasa sakit dan penderitaan yang dia alami tidak hanya berlangsung berjam-jam, bukan berhari-hari, tapi mungkin bahkan seminggu lamanya," ungkap Mooney sambil menahan air mata.
"Perasaan yang ditinggalkan selama berhari-hari, ditambah dengan rasa sakit karena kelaparan dan rasa haus yang ekstrem adalah jenis penderitaan yang menurut saya tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh siapa pun di antara kita," lanjut dia.
ADVERTISEMENT

Korban Ditemukan dengan Kondisi Dehidrasi Akut

Para penyelidik yang terlibat dalam kasus ini menggambarkannya sebagai kasus yang paling mengerikan yang pernah mereka saksikan sepanjang karier mereka.
"Ini adalah kasus yang... akan kami ingat terus dalam pikiran dan hati kami selamanya," ucap Sersan Polisi di Cleveland, Teresa Gomez, saat membacakan putusan sambil menahan tangisannya.
Asisten Jaksa Wilayah Cleveland Cuyahoga, Anna Faraglia, dalam persidangan juga memutar sebuah video saat sang ibu sedang mengangkut kopernya ke mobil pada 6 Juni 2023, dan pulang 10 hari kemudian. Beberapa menit setelah Candelario kembali, ia menelepon 911.
"Tolong, saya butuh bantuan. Putriku sedang sekarat," ucap Candelario dalam rekaman panggilan 911 yang diputar.
Setelah petugas sampai, Candelario rupanya telah mendandani Jailyn dengan menggantinya dengan pakaian bersih. Namun, tetap saja tidak bisa menyembunyikan kengerian yang dialami putri kecilnya itu.
ADVERTISEMENT
Faraglia mengatakan, Jailyn ditemukan tergeletak di kasur yang dipenuhi dengan pipis dan feses.
"Bahkan hewan merawat bayinya lebih baik dari ini," kata dia.
Balita perempuan itu terlihat kurus, dengan mata cekung, bibir kering, serta kotoran ada di mulut dan kuku jarinya. Berat badannya turun tujuh pon (sekitar 3,1 kg) dibandingkan saat kunjungan dokter terakhirnya, dua bulan sebelum kejadian.
Bahkan, penyelidik menyatakan Candelatrio juga sebelumnya pernah meninggalkan Jailyn sendirian di rumah selama dua hari, sebelum dia pergi berlibur.

Orang Tua Pelaku Sebut Candelario Alami Masalah Kesehatan Mental

Meski begitu, orang tua Candelario justru memohon belas kasihan kepada hakim. Ibu pelaku, Ketty Torres, mengungkapkan putrinya sedang berjuang melawan masalah kesehatan mental. Sebab, ketika putrinya berhenti minum obat, maka hal tersebut memperburuk depresi dan kecemasan yang dialami. Serta, Candelario dinilai tidak mampu mengambil keputusan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Candelario juga mengungkapkan ia telah berdoa setiap hari untuk mendapat pengampunan. Ia juga percaya Tuhan dan Jailyn telah memaafkannya.
"Saya tidak mencoba untuk membenarkan tindakan saya. Tapi, tidak ada yang tahu seberapa besar penderitaan saya dan apa yang saya alami," tutur Candelario.
Namun, Hakim Pengadilan Cuyahoga, Brendan Sheehan, menegur pelaku setelah ia menjatuhkan hukuman. Berbicara dengan tegas, Sheehan menyebut Jailyn telah 'terjebak di penjara kecil' selama berhari-hari, sementara pelaku bersenang-senang.
"Ikatan antara ibu dan anak adalah salah satu ikatan yang paling murni dan sakral. Ini adalah hubungan yang dibangun atas dasar cinta, kepercayaan, dan perlindungan yang tidak tergoyahkan. Anda telah melakukan pengkhianatan," ucap Sheehan.
"Namun, bayi kecil itu bertahan, menunggu seseorang untuk menyelamatkannya. Dan Anda melakukannya hanya dengan panggilan telepon sederhana. Sebaliknya, saya melihat foto Anda di pantai, sementara anak Anda memakan kotorannya sendiri dalam upaya untuk bertahan hidup," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Hakim pun menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
"Sama seperti Anda yang tidak membiarkan Jailyn keluar dari 'selnya' sampai dia meninggal. Anda juga harus menghabiskan sisa hidup Anda di sel tanpa kebebasan," ucap Sheehan.
"Satu-satunya perbedaan adalah penjara setidaknya akan memberikan Anda makan," pungkasnya.