Cerita Ibu: Kehilangan Mimpi Setelah Jadi Ibu adalah Blessing in Disguise

30 Januari 2024 19:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ashtra Dymach, founder komunitas Halo Ibu. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ashtra Dymach, founder komunitas Halo Ibu. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebelas tahun yang lalu, Ashtra Dymach mengalami kehamilan yang tak terduga dan membuatnya ketakutan menghadapi persalinan. Setelah mencari tahu dari berbagai sumber, ia akhirnya bisa melahirkan dengan menyenangkan di Bali, berkat bantuan Bidan Robin Lim yang terkenal dengan gentle birth-nya.
ADVERTISEMENT
Tak lama setelah itu, Ashtra kembali ke Jakarta dan fokus membesarkan anaknya hanya berdua dengan suami. Penyesuaian dari yang sebelumnya wanita karier menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah bagi Ashtra. Apalagi saat itu ia mendapat tawaran 2 beasiswa untuk sekolah dan magang di luar negeri, yang terpaksa dilepas karena hamil.
“Ketika semua teman-temanku udah posting soal mereka kerja di mana, sekolah di mana, aku harus ganti popok, harus nyusuin. So, it was so sad for me,” tuturnya dalam program Cerita Ibu kumparanMOM.
Kondisi itu membuatnya merasa kehilangan jati diri. Ia kerap bertanya pada diri sendiri “Apakah aku hanya istrinya Ray? Apakah aku hanya ibunya Mahija? Apakah aku boleh mengekspresikan diriku?”. Hingga akhirnya ia didiagnosis mengalami postpartum depression (PPD) atau depresi pascapersalinan. Tak pelak, kondisi itu membuat prosesnya menyusui Mahija jadi terhambat. Jika orang lain banyak yang ASI-nya mampet, produksi ASI Ashtra justru sangat berlebihan dan membuatnya jadi terkena mastitis.
ADVERTISEMENT

Harus Bertahan

Ashtra menyadari, apa pun yang terjadi ia harus tetap bertahan karena tak ada orang lain yang bisa mengasuh bayinya. Suaminya harus bekerja, mereka tak punya babysitter karena keterbatasan finansial di awal pernikahan, kedua orang tua dan mertua juga sama-sama sibuk.
“Pada saat itu, honestly it was just to survive. Gimana caranya supaya bisa menjalani hari aja. I cannot afford to be depressed at that moment, karena nggak ada yang ngurusin bayi aku,” kata mantan jurnalis dan penyiar radio ini.
Ia lantas mencoba mengurai stresnya dengan melakukan akupuntur, banyak membaca blog, dan pelan-pelan kembali menulis. Selain untuk meredakan stres, menulis juga memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga kecilnya kala itu.
ADVERTISEMENT
Akhirnya setelah usia Mahija sekitar 1 tahun, psikis Ashtra mulai membaik. Saat usia 2 tahun Mahija lebih mandiri, dan usia 3 tahun semakin bisa diajak bepergian berdua dengannya.

Mendirikan Halo Ibu Terinspirasi dari Tukang Galon

Ashtra menyebut, ibu yang baru melahirkan seringkali luput dari perhatian orang. Kebanyakan orang hanya menanyakan kondisi bayi tanpa memberi perhatian pada ibu yang kelelahan secara fisik maupun mental. Sehingga pada suatu hari saat ia ditelepon oleh tukang galon dan ditanya ‘apa kabar’, ia merasa senang sekaligus terharu.
“Akhirnya lahir si (komunitas) Halo Ibu, simply because pada saat aku habis lahiran tuh ada yang neleponin aku. Kayak abang-abang kartu kredit sama abang-abang galon. ‘Halo Ibu, apa kabar?’ Yet they was so soft, yet so subtle. Tapi nggak tahu kalau maknanya gede banget aku sampe nangis. Aku sebenernya pengin banget loh ditanya kabar aku tuh gimana hari ini,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ashtra kemudian membuat Lingkaran Ibu yang jadi wadah bagi para ibu untuk bercerita, mengeluarkan keluh kesah yang mereka alami. Ia juga mengambil sertifikasi birth and postpartum doula dan banyak direkomendasikan oleh para dokter spesialis obgyn.
Kini Halo Ibu bukan hanya komunitas, namun sudah berkembang jadi entitas bisnis yang menghidupi banyak orang. Ashtra juga masih mengupayakan banyak mimpi untuk usahanya ini.

Mengubah Mimpi Setelah Jadi Ibu

Kini setelah Mahija 10 tahun dan Samudra –anak keduanya– umur 5 tahun, Ashtra mengaku punya banyak waktu untuk dirinya sendiri dan untuk mengelola bisnis. Tapi, ternyata mimpinya sudah jauh berubah.
“Ternyata kehilangan mimpi setelah jadi ibu adalah suatu blessing in disguise buat semua ibu. Karena kita akan mencari tahu apa yang kita ingin,” kata perempuan asal Manado ini.
ADVERTISEMENT
Ia akhirnya menyadari, bahwa kehidupan saat ini yang ia jalani adalah bagian dari mimpi besarnya. “Jadi kalau ditanya apakah aku ingin mencapai mimpiku lagi? Aku sekarang udah hidup di mimpiku sih,” tuturnya.