Benarkah Makanan Ultra Proses Bisa Bikin Anak Ketagihan?

10 Mei 2021 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lorong supermarket yang penuh dengan makanan kemasan bayi dan balita Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lorong supermarket yang penuh dengan makanan kemasan bayi dan balita Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Makanan ultra proses atau biasa dikenal dengan sebutan makanan olahan atau kemasan kini mudah kita temui di mana saja. Ya Moms, entah itu di pinggir jalan, mal, restoran, dan sebagainya, makanan ultra proses seolah sudah membuat banyak orang --termasuk anak-anak ketagihan.
ADVERTISEMENT
Hal itu biasanya karena rasa dari makanan tersebut umumnya dibuat sedemikian rupa mirip dengan makanan asli atau makanan yang tidak diproses atau diproses minimal. Bahkan, makanan bayi yang sudah terfortifikasi dalam bentuk kemasan pun dapat dibilang sebagai makanan ultra proses.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa adanya makanan ultra proses ini memudahkan beberapa ibu yang ingin dengan praktis dan cepat menyajikan makanan untuk si kecil. Sehingga, tak jarang hal ini membuat para ibu mengandalkan makanan tersebut untuk diberikan kepada anaknya.
Lantas, benarkah terlalu sering memberikan makanan ultra proses bisa membuat si kecil ketagihan?

Kata Dokter Bila Anak Terlalu Sering Diberi Makanan Ultra Proses

Ilustrasi makanan kemasan bayi. Foto: Shutterstock
Moms, sebelumnya perlu Anda pahami terlebih dahulu bahwa makanan ultra proses sebagian besar diproses di pabrik dan dijual dalam kemasan. Produk siap saji ini dapat dikonsumsi kapan pun dan di mana pun. Tapi, tetap perhatikan tanggal kedaluwarsanya, ya.
ADVERTISEMENT
Ada pun makanan bentuk asli biasanya terdapat dalam jumlah kecil atau hampir tidak ada dalam produk ultra proses. Makanan ultra proses juga diolah dengan cara karbonasi, pemadatan, pengocokan, penambahan massa, pemipihan, pengurangan pembentukan busa, dan lain-lain. Biasanya, makanan ultra proses juga diberikan zat tambahan, seperti gula, garam, minyak, antioksidan, penstabil dan pengawet
sereal Foto: Shutterstock
Susu formula, sereal, makanan bayi yang sudah terfortifikasi, es krim, cokelat, biskuit, mi instan, nugget, dan sosis merupakan beberapa jenis makanan ultra proses. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa berbagai makanan tersebut memang sangat disukai banyak orang, termasuk anak-anak.
"Pemahaman reflektifnya adalah kalau seandainya itu sudah dijual, maka itu akan membuat orang jadi kecanduan. Itu (makanan ultra proses) sifatnya adiktif karena buat orang jadi ketagihan," ujar Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, Dokter Ahli Gizi dalam seminar bersama AIMI bertajuk 'Kenali Bedanya Makanan Orang&Dagangan Orang; Apakah Produk Pabrikan Sebuah Kebutuhan atau Kecanduan?' yang dihelat beberapa waktu lalu.
Ilustrasi anak obesitas. Foto: Shutterstock
Belum lagi, masih kata dr. Tan, makanan ultra proses memiliki beragam risiko kesehatan untuk anak. Mulai dari obesitas, pencetus gangguan gizi pada anak, pencetus PTM (penyakit tidak menular) seperti diabetes, hipertensi, atau sindroma metabolik,
ADVERTISEMENT
"Makanan ultra proses memang mudah didapat, praktis, ekonomis karena dirancang untuk menciptakan kecanduan dan menyasar kelompok masyarakat menengah ke bawah," ujarnya.
Maka dari itu, dr. Tan menyarankan agar para orang tua dapat memberikan makanan yang bergizi dan sehat kepada anaknya --terlebih bila si kecil masih bayi. Ya, bayi yang sedang dalam masa MPASI perlu mendapat makanan bernutrisi baik. Sebab, hal ini juga memiliki peran penting dalam tumbuh kembang si kecil.
Sebisa mungkin Anda dapat memasak sendiri makanan di rumah, karena mutu dan kebersihannya sudah pasti terjamin. Apalagi, bagi Anda yang memiliki anak usia bayi, ada baiknya Anda mengolah makanan sendiri karena lebih sehat dan bergizi untuk si kecil.
"Di awal perjalanan mengenal makanan, yang dikenal bayi pertama adalah tekstur. Makanya anak bisa hoek, lepeh, GTM (gerakan tutup mulut). Kemudian konsistensi atau tekstur makanan kental, cair, dan padat, dan warna. Finger food buah naga yang merah lebih menarik ketimbang pir manis tapi putih. Jadi jangan belajar MPASI-nya saja, belajarlah tentang anaknya,"' ungkap dr. Tan.
ADVERTISEMENT