Bayi Tidak Bisa Merangkak Sama Sekali, Perlukah Khawatir?

10 Agustus 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi tidak bisa merangkak. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi tidak bisa merangkak. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu fase perkembangan yang akan dilalui bayi adalah merangkak. Kemampuan yang termasuk dalam keterampilan motorik kasar tersebut biasanya dikuasai bayi pada usia 6 – 10 bulan. Gerakan ini melibatkan kekuatan tangan dan kaki. Biasanya, bayi juga memvariasikan cara merangkak.
ADVERTISEMENT
“Ini mengharuskan mereka untuk menjaga keseimbangan sambil menggerakkan tangan dan kaki yang berlawanan ke depan bersama-sama. Dalam kontek klinis, kami tidak khawatir jika anak lebih suka menggunakan variasi merangkak,” jelas dr. Ripudaman Minhas, dokter anak perkembangan yang berbasis di Toronto, Kanada, sebagaimana dikutip dari Today’s Parent.
Merangkak memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembang bayi, seperti memperkuat tulang rusuk dan otot batang, membangun stabilitas bahu, dan membantu bayi mengembangkan kemampuan motorik halus dan motorik kasar. Namun, bagaimana jika bayi melewatkan fase perkembangan tersebut dan langsung belajar untuk berdiri?

Perlukah Khawatir Jika Bayi Melewatkan Fase Merangkak?

Ilustrasi bayi tidak bisa merangkak. Foto: sutlafk/Shutterstock
Menurut dr. Minhas, orang tua tidak perlu khawatir berlebihan jika bayi melewatkan fase merangkak dan tidak bisa melakukannya sama sekali.
ADVERTISEMENT
“Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa anak-anak yang melewatkan merangkak memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan perkembangan lainnya,” jelasnya.
Ya Moms, selama bayi masih memiliki kekuatan motorik, koordinasi otot, dan motivasi untuk bergerak dengan caranya sendiri, Anda tidak perlu khawatir jika si kecil tidak bisa merangkak sama sekali. Bayi mungkin mencoba melakukan gerakannya sendiri, seperti merayap hingga langsung mencoba belajar berdiri.
Meski begitu, dr. Minhas menyarankan orang tua untuk tetap mengkonsultasikan hal tersebut ke dokter. Dokter biasanya akan memeriksa tonus otot yang rendah dan memastikan apakah ada keterlambatan tonggak motorik kasar, seperti kontrol kepala dan kemampuan duduk secara mandiri.
Dokter biasanya akan menyarankan untuk datang ke ahli terapis okupasi anak jika diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu bahwa intervensi terapeutik memiliki dampak yang lebih besar pada tahap perkembangan awal dari perkembangan otak, ketika neuroplastisitas paling besar,” ujarnya.
Intervensi terapeutik dapat berupa sesi latihan bersama terapis okupasi dan pelatihan untuk orang tua atau pengasuh.

Cara Menstimulasi Bayi untuk Merangkak

Ilustrasi bayi belajar merangkak. Foto: Shutterstock
Meski secara umum tidak ada masalah khusus jika bayi melewatkan fase merangkak, Anda tetap bisa menstimulasinya untuk melakukan gerakan tersebut, Moms. Salah satunya adalah dengan sering melakukan tummy time atau meletakkan bayi dalam posisi tengkurap sambil mengajaknya bermain.
Menurut dr. Minhas, tummy time dapat mendukung perkembangan motorik, dimulai dengan kontrol kepala, duduk, berdiri, hingga berjalan. Selain itu, penting bagi Anda untuk menemani bayi selama tummy time.
“Bayi biasanya termotivasi oleh pengasuh yang memberikan semangat dengan menatap matanya secara langsung sambil tersenyum dan menyemangatinya saat ia mencoba merangkak untuk pertama kalinya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut Salma Kassam, terapis okupasi spesialis anak kecil dan bayi di Holland Bloorvier Rehab Hospital di Toronto, Kanada, hal terpenting dalam menstimulasi bayi untuk merangkak adalah sering mengajaknya bermain.
“Yang terpenting adalah bermain. Bermain adalah pekerjaan anak-anak. Dan Anda dapat mendorong merangkak hanya dengan bermain dengan bayi Anda di lantai setiap hari,” jelas Kassam.