Anak Alami Halusinasi, Bahaya Enggak Ya?

31 Mei 2022 12:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak menangis karena berhalusinasi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menangis karena berhalusinasi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak hal yang dialami anak di masa tumbuh kembangnya. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat si kecil berusaha untuk menjelajahi dunia di sekitarnya. Beberapa anak bahkan mencoba untuk menciptakan dunia fantasinya sendiri dengan berimajinasi.
ADVERTISEMENT
Terkadang, imajinasi anak bahkan bisa sangat luar biasa di mata orang tua. Namun, hal itu mungkin menjadi kekhawatiran bila apa yang disampaikan anak mengarah pada halusinasi. Artinya, apa yang disampaikan anak bukan lagi soal apa yang ada di pikirannya, tetapi tentang apa yang seolah mereka lihat dan rasakan sebenarnya.
Ya Moms, ada anak yang berhalusinasi saat dalam keadaan fisik yang sehat. Tapi, beberapa anak mungkin berhalusinasi saat mengalami kondisi tertentu seperti trauma atau sakit. Lantas, apakah hal ini normal terjadi di masa tumbuh kembang anak?

Normalkah Bila Anak Suka Berhalusinasi?

Ilustrasi anak berhalusinasi. Foto: Shutter Stock
Halusinasi pada anak bisa menjadi bagian dari tumbuh kembang yang normal tanpa menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Dikutip dari Mom Junction, psikiater, dr. Maymunah Yusuf Kadiri, MD, menjelaskan, halusinasi merupakan pengalaman sensorik yang dialami anak tanpa rangsangan nyata.
ADVERTISEMENT
Saat berhalusinasi, anak-anak mungkin akan memberi tahu orang tuanya tentang sesuatu yang mereka lihat, dengar, rasakan, cicipi, dan mereka cium aromanya, padahal sebenarnya tidak ada. Halusinasi bisa tidak mengganggu kualitas hidup anak, tetapi dalam beberapa kasus mungkin bisa mengganggu perilaku si kecil pada umumnya.
Selain karena perkembangan, beberapa anak juga bisa mengalami halusinasi karena gangguan psikiatri tertentu, seperti gangguan bipolar, skizofrenia, hingga penyakit medis termasuk demam tinggi. Meski begitu, sebagian besar kasus halusinasi pada masa kanak-kanak bersifat sementara dan akan menghilang seiring bertambahnya usia si kecil.
Dalam praktik klinis, halusinasi jarang terjadi pada anak-anak di bawah usia 7 tahun. Namun, hal itu mungkin tidak terdeteksi karena anak belum mampu mengkomunikasikan perasaannya saat perkembangan kognitifnya belum maksimal. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk lebih peka terhadap perilaku anak yang mengarah ke halusinasi.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Cambridge University, tingkat prevalensi kasus halusinasi pada anak meningkat sekitar 13-17 persen di antara anak-anak usia 9-12 tahun, dan kemudian menurun menjadi 5-7 persen pada masa remaja usia 13-18 tahun. Walaupun penelitian ini dilakukan pada anak-anak di Inggris, data ini mungkin bisa menjadi bahan acuan bila si kecil menunjukkan tanda-tanda halusinasi, Moms.