6 Mitos Seputar Kesehatan Mental Ibu

20 November 2022 18:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ibu alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu alami depresi. Foto: aslysun/Shuttterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap ibu memiliki tantangan tersendiri dalam menjalani kehidupannya, baik saat menjadi pengasuh bagi anak maupun saat menjalani rumah tangga bersama suami. Tak jarang, tantangan hidup yang berat membuat beberapa ibu mengalami masalah kesehatan mental. Bahkan, pandemi COVID-19 yang kini melanda dunia turut berkontribusi dalam peningkatan angka penyakit mental pada ibu.
ADVERTISEMENT
“Sebelum pandemi, tingkat gangguan mood dan kecemasan selama kehamilan hanya 1 dari 4. Selama dua tahun terakhir, angka tersebut meningkat menjadi 50 sampai 70 persen,” jelas Paige Bellenbaum, LMSW, Direktur dan pendiri The Motherhood Center di New York, Amerika Serikat, sebagaimana dikutip dari Verywell Mind.
Sayangnya, berbagai mitos seputar kesehatan mental ibu yang beredar membuat masyarakat mungkin kurang paham tentang bagaimana kesehatan mental ibu yang sebenarnya. Lantas, apa saja mitos tersebut? Simak penjelasan berikut ini sebagaimana dikutip dari laman National Childbirth Trust (NCT) berikut ini.

Mitos Soal Kesehatan Mental Ibu

Ilustrasi ibu hamil stres. Foto: Shutter Stock
1. Ibu Hamil Sangat Bahagia dan Tidak Pernah Depresi
Faktanya, kehamilan mungkin tidak sepenuhnya menyenangkan. Sekitar 10 – 15 persen ibu hamil di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, tokofobia atau takut melahirkan, hingga depresi.
ADVERTISEMENT
2. Baby Blues Merupakan Kondisi yang Tak Perlu Dikhawatirkan
Tak sedikit ibu yang mengalami baby blues setelah melahirkan. Sayangnya, keluarga bahkan mereka sendiri sering kali menganggap hal itu sebagai kondisi yang normal yang tidak perlu dikhawatirkan. Faktanya, jika tidak segera ditangani, baby blues dapat berkembang menjadi gejala penyakit mental, seperti depresi postpartum, trauma melahirkan, hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD).
3. Bayi akan Diambil dari Ibu Jika Ibu Didiagnosis Mengalami Masalah Kesehatan Mental
Ilustrasi ibu dirawat bersama bayinya. Foto: Shutterstock
Beberapa ibu mungkin takut memeriksakan kondisi kesehatan mentalnya karena khawatir bayinya akan diambil atau dijauhkan darinya. Padahal, jika ibu didiagnosis mengalami penyakit mental dan membutuhkan perawatan, ia mungkin akan dirawat di ruangan khusus yang memungkinkan ibu tetap bisa bersama bayi. Selama masa perawatan, ibu juga akan didampingi psikolog agar hubungan dengan bayinya tetap terjalin.
ADVERTISEMENT
4. Penyakit Mental Merupakan Tanda Ibu Gagal Menjadi Orang Tua
Moms, perlu dipahami bahwa masalah kesehatan mental merupakan penyakit bisa dialami siapa saja seperti penyakit pada umumnya. Jika Anda didiagnosis mengalami penyakit mental, itu bukan berarti Anda gagal menjadi ibu. Buktikan pada keluarga bahwa Anda punya semangat untuk bangkit dan bisa bersama anak lagi dengan menjalani perawatan dari ahli.
5. Penyakit Mental Harus Diatasi dengan Obat-obatan
Ilustrasi konsultasi dengan psikolog. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Salah satu pandangan awam tentang masalah kesehatan mental adalah pasien harus mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk mengendalikan dirinya, misalnya saja antidepresan. Faktanya, penyakit mental bisa diatasi dengan cara lain, seperti terapi dan relaksasi.
6. Ibu Hanya Mengalami Masalah Kesehatan Mental yang Spesifik
Orang awam mungkin menganggap bahwa masalah kesehatan mental yang dialami ibu adalah kondisi yang spesifik atau hanya bisa dialami oleh ibu saja, seperti baby blues, depresi postpartum, dan tokofobia. Faktanya, ibu juga bisa mengalami penyakit mental lainnya. Untuk itu, penting bagi ibu untuk segera berkonsultasi dengan psikolog agar mendapat diagnosis yang tepat.
ADVERTISEMENT