Film 'Festival' Berjaya di FFI Jadi Angin Segar untuk Dunia Perfilman Indonesia

16 November 2023 20:59 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film Women From Rote Island. Foto: Instagram/@bintangcahayasinema.
zoom-in-whitePerbesar
Film Women From Rote Island. Foto: Instagram/@bintangcahayasinema.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Women from Rote Island berjaya di Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2023. Film garapan sutradara Jeremias Nyangoen ini menyabet empat piala yakni dalam kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, dan Pengarah Sinematografi Terbaik.
ADVERTISEMENT
Perolehan empat piala itu membuat film Women from Rote Island menjadi juara umum FFI 2023. Sementara posisi kedua ditempati oleh film Like & Share dengan tiga piala. Kemudian, Budi Pekerti yang merupakan film dengan nominasi terbanyak, memperoleh dua piala.
Women from Rote Island belum tayang secara umum di Indonesia. Namun, film itu sudah tayang perdana di Busan International Film Festival 2023.
Cast dan Kru Women from Rote Island dalam malam puncak FFI 2023, Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (14/11/2023). Foto: Giovanni/kumparan

Dampak Positif untuk Dunia Perfilman Usai Film 'Festival' Berjaya di FFI

Film 'festival' yang berjaya di FFI menjadi angin segar untuk dunia perfilman Indonesia. Pengamat film Hikmat Darmawan mengatakan setidaknya ada empat dampak positif bagi dunia perfilman.
"Ada keragaman cara produksi, itu nomor satu. Kedua, ada semacam pemihakan terhadap gaya tutur dan gaya sinema yang beragam. Ketiga, ada keragaman tematik. Film jadinya tidak membosankan atau hanya itu-itu saja, jadi keragaman," kata Hikmat kepada kumparan, Kamis (16/11).
ADVERTISEMENT
"Dampak lain, dampak kebudayaannya adalah kita bisa melihat wajah Indonesia secara beragam," lanjutnya.
Pengamat Film, Hikmat Darmawan. Foto: Instagram @hikmat_darmawan.
Menurut Hikmat, keberhasilan film 'festival' meraih kemenangan di FFI membuktikan bahwa mekanisme penilaian ataupun penjuriannya sudah beragam. Film tidak hanya dinilai dari perolehan jumlah penonton.
"Kalau misalnya film hanya yang diukur adalah kelarisannya, mainstream-nya saja, terus hanya itu yang berhak untuk bertanding, maka itu ajang penghargaan industri. Tapi, kalau ada film kecil yang justru dimenangkan, ya berarti, kan, itu festivalnya memang untuk segala ragam," tuturnya.
Namun, ada hal yang harus diperhatikan di tengah industri film yang beragam. Yakni mengenai distribusi film dan jejaring bioskop. "Apakah mampu menampung keragaman itu?" ucap Hikmat.
Sutradara Joko Anwar mengatakan keberhasilan film 'festival' meraih gelar Film Terbaik di FFI akan mendorong para sineas untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Joko mencontohkan hal itu dengan keberhasilan Women from Rote Island meraih Film Cerita Panjang Terbaik di FFI 2023. Ia mengungkapkan kelebihan-kelebihan film tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sudut pandangnya, penyutradaraannya itu sangat berani, eksplorasinya sangat dalam. Ini memicu orang untuk kayak, 'Ah sudah ada orang yang bikin dengan sudut pandang seperti itu dan dapat pencapaian, aku juga mau bikin ah film yang enggak asal-asalan, yang serius'," ujarnya.
Sutradara, Joko Anwar. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Sementara itu, Ketua Komite Bidang Penjurian FFI 2021-2023, Garin Nugroho, mengungkapkan kriteria agar sebuah film bisa masuk nominasi FFI. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan.
"Berfokus unsur-unsur kualitas sebuah film. Harus memenuhi syarat profesional (kamera, suara, music, director, pemain, artistik. Pada aspek berikutnya adalah kejernihan dan kebaruan serta statement sutradara atau filmnya," kata Garin.
Garin mengatakan tidak ada perbedaan syarat dan kriteria penilaian selama tiga tahun terakhir. Garin kemudian mengungkapkan alasan film Women from Rote Island bisa menjadi Film Cerita Panjang Terbaik di FFI 2023.
ADVERTISEMENT
"Tahun ini Film Terbaik dengan kriteria yang sama tiga tahun ini, terpenuhi pada film yang tidak industri, indie dan festival, dan kelokalan menjadi kekuatannya yakni dari Rote. Sesungguhnya kriteria Film Terbaik selalu sama, namun setiap periode tahun membawa jenis film yang berbeda," tutur Garin.
Garin Nugroho dalam pengumuman nominasi Piala Citra Festival Film Indonesia 2023. Foto: Dok. Istimewa
Menurut Garin, film-film dengan kelokalan yang tinggi sangat menonjol di FFI 2023. Sebab, ada beberapa film yang mampu meraih Piala Citra.
"Film-film dengan kelokalan yang tinggi sangat menonjol, seperti Film Cerita Panjang Terbaik, Dokumenter Pendek tentang musik Papua, hingga Film Pendek dari Ternate," ucapnya.