Sudah Ada Sejak Abad ke-19, Ini 5 Fakta Menarik Lumpia Semarang

21 Februari 2018 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lumpia, makanan khas Semarang. (Foto: Instagram @thanmuztmoto)
zoom-in-whitePerbesar
Lumpia, makanan khas Semarang. (Foto: Instagram @thanmuztmoto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai makanan khas Semarang, lumpia telah menjadi santapan wajib bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke ibu kota Jawa Tengah ini. Makanan yang memiliki cita rasa gurih ini cukup populer dan dikenal oleh banyak orang. Bahkan, lumpia tak hanya terkenal di kota Semarang saja, namun juga di kota lain.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan lumpia pada umumnya, lumpia Semarang memiliki ciri khas tersendiri. Kulit lumpia yang renyah diisi dengan rebung dan potongan ayam atau udang, sehingga menghasilkan rasa yang gurih dan manis.
Biasanya, lumpia disajikan bersama saus spesial dan potongan acar, sehingga semakin terasa lezat. Ciri khas tersebut membuat Semarang dijuluki sebagai Kota Lumpia.
Meski menjadi makanan khas Semarang, namun ternyata lumpia merupakan kuliner hasil perpaduan dari budaya Tionghoa dan Jawa. Tak hanya itu, ternyata masih banyak kisah menarik di balik kelezatan lumpia. Kira-kira apa saja?
1. Sudah ada sejak abad ke-19
Siapa sangka, makanan dengan isian rebung ini ternyata sudah ada sejak abad ke-19. Bermula dari seorang pedagang Tionghoa yang tinggal dan menetap di Semarang untuk berdagang makanan khas Tionghoa yang berisi rebung dan daging babi, hal ini menjadikan lumpia sebagai makanan yang selalu dibuat secara turun temurun.
ADVERTISEMENT
Kawasan Pecinan, Gang Lombok Nomor 11 Semarang menjadi wilayah yang pertama kali membuat lumpia di kota yang dijuluki The Port of Java itu.
2. Tercipta dari perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa
Memiliki cita rasa manis dan gurih, ternyata lumpia merupakan hasil dari perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa. Kisahnya sendiri cukup unik, berawal dari pedagang dari China bernama Tjoa Thay Joe yang menjual makanan pendamping khas Tionghoa dengan isian rebung dan daging babi.
Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan seorang pedagang dari Jawa bernama Mbok Wasih yang menjual makanan serupa, namun isiannya berbeda, yaitu kentang dan udang yang manis. Mereka pun menikah dan memadukan kedua masakan buatan mereka, sehingga terciptalah lumpia isi rebung dan udang yang manis dan gurih.
ADVERTISEMENT
3. Nama lumpia berasal dari kata Olympia Park
Dijajakan secara keliling, biasanya kedua pencipta lumpia (Tjoa Thay Joe dan Mbok Wasih) menjual dagangannya di pasar malam Belanda yang bernama Olympia Park. Karena itulah, hidangan buatan mereka dikenal dengan nama lumpia yang berasal dari kata olympia, tempat mereka biasa berdagang.
4. Isian Rebung diolah secara tradisional
Rebung yang digunakan sebagai isian dalam lumpia diolah secara manual. Pengolahan rebung biasanya memakan waktu kurang lebih satu bulan untuk memaksimalkan proses fermentasinya. Tradisi mengolah rebung secara manual dilakukan untuk menjaga cita rasa khas dari rebung.
5. Terdiri dari dua variasi jenis
Selain digoreng, lumpia Semarang juga biasanya disajikan dalam bentuk lumpia basah. Dengan isian yang tetap sama, yaitu rebung dan udang atau ayam, lumpia basah bisa menjadi alternatif bagi kamu yang menghindari gorengan.
ADVERTISEMENT
Ditambah dengan saus kanji yang khas dan potongan daun bawang serta acar, sajian lumpia akan semakin terasa nikmat.