Naik-Turun Usaha Pecel Lele: Pandemi Tutup 2 Tahun Kini Omzet Rp 3 Juta Sehari

13 November 2022 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Djunaedi, pengusaha 'Soto Ayam dan Pecel Lele Joko Tingkir' di Depok. Foto: Rusli/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Djunaedi, pengusaha 'Soto Ayam dan Pecel Lele Joko Tingkir' di Depok. Foto: Rusli/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pecel lele, tentu sudah tak asing lagi bagi kamu. Bukan hanya di Jawa Timur yang jadi tempat asalnya, makanan jenis ini mudah sekali ditemukan di mana saja hampir di seluruh Indonesia. Di Jakarta saja jumlahnya lebih dari satu juta warung.
ADVERTISEMENT
Tampaknya jumlah pengusaha lele yang fantastis ini tak terlepas dari besarnya omzet harian yang bisa diperoleh pemilik warung makan pecel lele.
Djunaedi, pemilik usaha pecel lele ‘Soto Ayam Joko Tingkir’ yang sudah ada sejak tahun 1985 ini membagikan pengalamannya. Ia menyebut bisa memperoleh omzet hingga Rp 3 juta per harinya.
Angka ini didominasi oleh pemesanan makanan lewat aplikasi ojek online. Djunaedi menyebut dirinya bisa memperoleh Rp 1-2 juta dalam sehari. Sedangkan untuk pemesanan makanan langsung di warung Djunaedi menyebut omzetnya juga mencapai Rp 1 juta.
Suasana di warung makan 'Soto Ayam dan Pecel Lele Joko Tingkir' milik Djunaedi di Depok. Foto: Ainun Nabila/kumparan
“Kalau yang beli langsung sekitar Rp 1 juta masih dapat. Kalau sehari kira-kira Rp 3 (juta) lah masih dapat kurang lebihnya,” tambahnya.
Penyumbang terbesar dari omzet ini adalah soto ayam lamongan yang memang menjadi menu andalannya. Djunaedi menyebut dalam satu hari ia bisa menghabiskan empat ekor ayam dan 3-4 kilogram lele.
ADVERTISEMENT
Djunaedi sedang membuat pesanan makanan di warung pecel lelenya di Depok. Foto: Ainun Nabila/kumparan
Meski begitu, pria asli Lamongan, Jawa Timur ini mengaku perjalanan kariernya dalam berjualan pecel lele tidaklah mudah. Ada naik, ada pula turun.
Djunaedi mengaku pernah memiliki empat cabang pecel lele di Jakarta. Namun, bisnisnya sempat terpaksa tutup saat pandemi menyerang. Hasil usahanya selama 35 tahun hancur dalam 2 tahun.
“Puncak kejayaan itu sekitar 90-an waktu itu bisa buka 4 cabang,” ujar Djunaedi.
“Karena dengan adanya pandemi ini kemudian kampus tutup atau libur kemudian saya 2 tahun itu enggak bisa jualan. Akhirnya saya berinisiatif untuk membuka di tempat lahan yang lain. Alhamdulillah di kawasan Depok ini saya dapat di situ untuk menyambung hidup,” lanjutnya.
Gerobak soto ayam dan pecel lele Lamongan milik Djunaedi di Depok. Foto: Ainun Nabila/kumparan
Pasca pandemi, kini Djunaedi kembali membuka bisnis pecel lelenya. Dia bahkan sudah memiliki dua cabang lain. Dia juga mengaku menjadi salah satu perwakilan UMKM yang diundang ke istana negara pada 15 September 2020 lalu. Kesetiaan pelanggan serta jiwa wirausaha yang dimilikinya sudah tidak lagi diragukan.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu yang tertarik mencoba pecel lele, pecel ayam, maupun soto lamongan yang jadi andalan di warung makan yang sudah berdiri puluhan tahun tersebut, bisa langsung datang ke jalan K.H. Usman, Kukusan Depok, atau cabang lainnya di KKP.
Reporter: Ainun Nabila