Inggris Menghadapi Krisis Kentang hingga Wortel akibat Kekeringan

9 Agustus 2022 7:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi panen kentang. Foto: Chad Hutchinson/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi panen kentang. Foto: Chad Hutchinson/shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Curah hujan yang kurang membuat Inggris menghadapi kekeringan berkepanjangan. Hal ini memberikan dampak pada petani sayuran dari wortel, bawang, selada, hingga kentang. Tentunya dampak kekeringan ini sangat terasa terutama dalam ketersediaan kentang goreng dan sayuran.
ADVERTISEMENT
Cuaca kering yang berkepanjangan membawa dampak terutama di negara-negara beriklim dingin, tak terkecuali di Inggris. Para petani harus pintar-pintar mengolah lahan mereka pada saat musim kering hingga tiba musim dingin.
Mengutip Mirror UK, periode cuaca kering sangat memberikan dampak terhadap pertanian di Inggris. Musim kering yang berkepanjangan menyebabkan jumlah hasil panen sayuran seperti kentang, wortel, selada, bawang dan lainnya lebih sedikit; terutama untuk beberapa bulan ke depan. Namun yang paling parah terjadi pada komoditas kentang.
Kondisi tersebut semakin parah ditambah oleh adanya pembatasan izin irigasi untuk menjaga pasokan air. Selain itu, petani juga memilih untuk menanam lebih sedikit sayuran karena semakin meningkatnya biaya produksi.
Ilustrasi fish and chips makanan khas Inggris dengan kentang goreng Foto: Shutter Stock
Tom Bradshaw, wakil presiden serikat petani NFU mengatakan, “Saya tidak bisa melihat bagaimana hasil kentang akan jauh di bawah rata-rata. Bawang menghasilkan hal yang sama. Wortel dan selada berada di posisi sama karena cuaca panas memiliki dampak yang sangat parah."
ADVERTISEMENT
Di beberapa negara bagian Inggris bahkan lebih buruk. Seperti Skotlandia, tidak mengalami curah hujan yang merata di bagian timur dan selatan. Di bagian timur bahkan terjadi curah hujan yang lebih sedikit sejak bulan April lalu.
Oleh karena itu, petani menggunakan sistem yang disebut 'irigasi tetes' untuk mengawetkan pasokan air, alih-alih menyiram langsung ke tanah. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar tanah tidak kering namun tidak mendorong pertumbuhan produksi petani.
Kendati demikian, proses irigasi dihindari oleh petani dalam mengolah lahannya. Irigasi dianggap menelan biaya lebih mahal karena membutuhkan banyak sumber energi untuk memompa air. Tentunya akan menambah biaya produksi bagi petani.
ilustrasi wortel Foto: Shutterstock
Cuaca ekstrem ini tentunya sangat berpengaruh pada hasil panen di Inggris. Biasanya pada saat kekurangan hasil panen seperti ini, Inggris mengimpor banyak bahan dari Eropa. Namun pasar utama pemasok bahan Inggris ini juga dilanda kekeringan akibat musim panas.
ADVERTISEMENT
"Jika melihat Spanyol, model perubahan iklim menunjukkan itu akan menjadi semakin rentan dari perspektif air dan saya tidak berpikir ketika kita mengimpor sayuran dari sana. Kita benar-benar memikirkan dampak yang ditimbulkannya akibat kelangkaan air dan ketersediaan air,” kata Tom.
Tom berharap supaya adanya rencana untuk menangani cuaca ekstrem ini. Hal ini agar melindungi pasokan air di Inggris. Salah satu caranya adalah dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Sizewell C yang diusulkan di Suffolk. Namun keputusan tersebut masih mengundang pro dan kontra.
Penulis: Monika Febriana