Dampak Toxic Diet yang Semakin Populer di TikTok, Begini Kata Ahli

21 November 2022 9:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan diet toxic. Foto: giggsy25/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan diet toxic. Foto: giggsy25/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepopuleran media sosial TikTok seperti telah membius masyarakat saat ini. Tidak jarang media sosial ini menjadi tempat untuk saling bertukar tips dan rekomendasi akan suatu hal, seperti diet. Baru-baru ini para ahli berpendapat mengenai viralnya video di TikTok yang mempopulerkan toxic diet dengan tujuan menurunkan berat badan.
ADVERTISEMENT
Mengutip New York Post, terdapat tren di TikTok yang diramaikan oleh influencer yang berbagi tips diet untuk menurunkan berat badan dan mendapatkan bentuk tubuh ideal dengan cara yang ekstrem. Tren tersebut dipercaya sebagai toxic diet.
Lebih lanjut, Studi dari Public Library of Science pada tahun 2022, mengungkapkan bahwa peneliti menganalisis 1,000 video dari 10 tagar terkait konten kebugaran atau nutrisi di TikTok. Penelitian tersebut berlangsung sejak 2020, dan menemukan bahwa video-video tersebut berasal dari influencer yang bukan dari ahli.
Studi itu kemudian menjelaskan kalau influencer tersebut menjadi viral karena menarik atau karismatik tetapi tidak memiliki sertifikasi untuk memberikan saran nutrisi. Dengan kata lain, mereka tidak cukup akurat dalam memberikan tips dan rekomendasi untuk diet.
Ilustrasi diet karena berat badan naik. Foto: Shutter Stock
“Sangat sedikit dokter atau ahli diet yang berinteraksi dalam konten ini. Jadi pada dasarnya, semua orang yang mengambil pengalaman pribadi mereka dan membaginya ke seluruh dunia. Tapi dalam (hal) nutrisi ada begitu banyak informasi buruk di luar sana, sehingga kita harus berhati-hati,” tutur Dr. Lizzy Pope seorang profesor di Departemen Ilmu Gizi dan Pangan di Universitas Vermont.
ADVERTISEMENT
Dr Lizzy juga mengatakan bahwa sebagian konten untuk menurunkan berat badan tersebut dikemas agar terlihat mudah untuk dilakukan oleh penontonnya. Faktanya banyak masyarakat saat ini “termakan” konten mengenai berat badan di internet.
Video yang ditinjau dalam penelitian ini menyertakan tagar; seperti body positivity, diet, fat loss, meal prep, plus size, weight loss, weight loss check, whatI eatIn a day, weight loss journey, dan nutrition.
Beberapa video TikTok yang termasuk diet toxic ditandai dengan judul seperti; “lakukan latihan ini dapat mengurangi berat badan hingga 6 kg”. Ada juga video tips mencampurkan makanan untuk mengurangi berat badan.
“Konten terkait nutrisi di TikTok sebagian besar normatif berat badan. Serta dapat berkontribusi pada perilaku makan yang tidak teratur dan ketidakpuasan tubuh pada anak muda yang merupakan pengguna utama TikTok,” kata studi tersebut.
Ilustrasi perempuan diet ekstrem. Foto: Shutterstock
John Hopskin Medicine mencatat bahwa anak muda berusia 12-15 tahun lebih rentan terkena gangguan makan. Selain itu, sebanyak tiga persen perempuan juga terpengaruh gangguan makan pada beberapa titik fase kehidupan mereka. Hal tersebut sesuai dengan data bahwa 60 persen dari 800 juta pengguna TikTok adalah mereka yang berusia 16 hingga 24 tahun. Di mana video diet viral menjadi sangat berbahaya bagi penonton.
ADVERTISEMENT
“Setiap hari jutaan remaja dan orang dewasa menonton konten di TikTok yang menggambarkan makanan, nutrisi, dan kesehatan yang sangat tidak realistis dan tidak akurat,” jelas Dr. Lizzy.
Adanya keinginan mendapatkan berat badan dan bentuk tubuh ideal, mendorong sebagian besar masyarakat terutama perempuan untuk fokus mendapatkan hal tersebut. Untuk mewujudkannya, mereka mendapatkan informasi tersebut melalui berbagai rekomendasi melalui platform ini. Namun sayangnya, peneliti khawatir adanya tren ini mendorong pola makan yang tidak teratur.
Oleh karena itu, Dr Lizzy menyarankan untuk tidak mudah terpengaruh pada influencer online. Untuk mendapatkan berat badan dan bentuk tubuh yang ideal, kamu tetap harus berkonsultasi langsung kepada ahli guna menghindari berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Penulis: Monika Febriana
ADVERTISEMENT