Cara Food Vlogger Foodioz Review Tempat Makan Tanpa Perlu Bilang 'Nggak Enak'

7 Oktober 2023 15:34 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi food vlogger melakukan review makanan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi food vlogger melakukan review makanan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belakangan ramai soal cara review tempat makan para food vlogger yang meresahkan sejumlah pengusaha kuliner. Cara mengulas yang berbeda-beda pun menimbulkan komentar antar sesama food vlogger.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana sebenarnya para food vlogger ini biasa mengulas tempat makan?
Food Vlogger Yovent @Foodioz yang sudah menekuni industri ini selama hampir 10 tahun memahami sulitnya mengulas tempat makan ataupun makanan enak. Belum lagi jika dirinya menerima makanan yang kurang sesuai dengan seleranya. Maka dia pun harus bisa mengulas dengan objektif.
Kepada kumparanFOOD Yovent menjelaskan bahwa sejatinya, baik food reviewer atau segala pelaku di industri bisnis perlu memiliki etika. Dia juga mengaku selalu berusaha menjaga sikap dan tidak berlagak berlebihan.
Yovent sendiri biasa mengulas restoran kelas atas seperti di hotel yang kebanyakan berkonsep fine dining. Sebelum mengulas dan meliput, dirinya juga membiasakan diri untuk melakukan riset terlebih dahulu soal tempat makan tersebut.
Yovent food vlogger @Foodioz. Foto: Dok. Pribadi/Yovent
"Sekarang aku kalo mau review, aku sudah research dulu ini tempat dari interiornya, menunya, harganya, ya segala konsepnya karena menurut aku kadang kan sekarang kita tahu, ya FnB industry Jakarta tuh somehow cukup unik, banyak konsep restoran interiornya tuh macem-macem dari Parisian, Italian. Tapi somehow cukup unik saat kita masuk ke dalam restorannya ada menu nasi goreng," ujarnya saat kumparan hubungi, Kamis (28/9).
ADVERTISEMENT
"Nah, jadi aku lihat dulu ini restoran, restoran apa? Karena somehow aku lebih suka explore tempat baru yang memang menawarkan konsep menu yang berbeda, something yang belum pernah aku coba."
Menurut Yovent, selama dia mengulas tempat makan banyak hal dari industri kuliner yang bisa dia pelajari. Saat review dia pun mengaku bukan hanya sekadar menikmati makanan, tapi juga belajar hal-hal baru dari para pelaku, seperti chef.

Dilema Review Jujur Para Food Vlogger di Media Sosial

Ilustrasi review makanan. Foto: Toshiko/kumparan
Yovent menyadari bahwa menurutnya dunia media sosial juga merupakan dunia tipu-tipu. Banyak yang mengatas namakan review jujur tapi kenyataannya sebaliknya, hal tersebut hanya gimmick.
"Nah, sekarang review jujur sebenarnya enggak ada yang salah dengan review jujur, tapi kita perlu paham, lho dunia sosial media sekarang itu juga banyak dunia tipu-tipu. Karena sekarang banyak content creator, even foodies itu bikin konten di social media somehow kita enggak tahu, is it real or not?," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Yovent melanjutkan, di era media sosial sekarang ini banyak orang 'haus' akan exposure, termasuk para foodies yang tiba-tiba membuat konten ulasan, padahal mereka bukan berasal dari latar belakang pelaku di industri kuliner.
"Kenyataannya sekarang banyak foodies-foodies yang baru-baru ini,(tidak diketahui) background mereka itu seperti apa? Kebanyakan sekarang (juga) kalau aku lihat foodies itu me-review, enggak bisa ngejelaskan secara detail. 'Enggak enak' itu karena kenapa? Karena keras itu, karena kenapa? Hambar tuh apa?'," tegasnya.
Sementara Yovent sendiri memilih, jika dia menemukan makanan yang rasanya kurang sesuai, maka dia akan menjelaskan lebih detail kekurangan makanan tersebut sekaligus memberikan solusi sebaiknya seperti apa hidangan itu disajikan.
"Pemahamanku soal makanan itu cukup kompleks, kalau cek di blog aku, aku enggak pernah bilang makanan itu enggak enak. Tapi aku lebih menjelaskan, makanan itu kurang asin, kurang manis, kurang firm, terlalu lembek atau apa?," kata Yovent.
ADVERTISEMENT
Yovent mencontohkan, "Misalnya sate ayam. Sate itu kan pakai saus kacang, aku akan bilang 'satenya enak, saus kacangnya terlalu lembut kurang tekstur. Yang seharusnya kalau sambal kacang ala tradisional itu ada tekstur kacangnya," tambahnya.
Sehingga menurutnya, kita perlu tahu terlebih dahulu latar belakang reviewer tersebut sebelum benar-benar menelan informasi yang diberikan. Yovent juga merasa perlu adanya edukasi untuk para content creator agar bisa membuat konten yang lebih edukatif.