Apa Perbedaan Fast Food, Junk Food, dan Ultra-processed Food?

21 Agustus 2021 14:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fast food Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Fast food Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serupa tapi tak sama, ungkapan ini cocok untuk menggambarkan makanan seperti fast food, junk food, sampai ultra-processed food. Ketiganya kerap dianggap sama, tetapi kenyataannya memiliki ciri khas masing-masing, lho.
ADVERTISEMENT
Terkadang, tanpa disadari, kita suka ‘latah’ menyebut aneka makanan burger atau kentang goreng di peritel restoran cepat saji sebagai junk food. Namun, perlu kamu ketahui, keduanya jelas mempunyai perbedaan yang cukup kentara. Begitu pula akan sebutan jenis makanan ultra proses.
Supaya tidak keliru lagi, kumparanFOOD telah merangkum beberapa ulasan dan perbedaan utama dari ketiga tipe olahan makanan cepat saji tersebut. Yuk, kita simak lebih lanjut perbedaannya;

Fast food

Ilustrasi fast food Foto: dok.shutterstock
Meski terkadang banyak orang mengira fast food sama dengan junk food, nyatanya kedua jeni makanan ini memiliki perbedaan. Cepat saji atau fast food identik akan makanan yang disiapkan dalam kurun waktu singkat. Mulai dari proses memasak sampai penyajiannya tidak memakan waktu lebih dari 15 menit; seperti kebanyakan makanan di restoran.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, tampilan fast food seringkali tidak mengecewakan. Di waktu yang singkat, mereka masih bisa menggugah selera penikmatnya dengan tampilan yang sangat menggiurkan. Misalnya, burger keju, pizza dengan aneka topping, kentang goreng, buah potong, sandwich, serta salad kemasan.
Hal lain yang membedakan fast food yakni kadar nutrisi dan gizinya. Memang, banyak orang mengeklaim aneka makanan cepat saji buruk bagi kesehatan. Kendati, setidaknya makanan ini masih memiliki beberapa gizi yang dibutuhkan bagi tubuh. Contohnya, karbohidrat utama dari roti burger, lemak dari keju, serat nutrisi dari sayuran salad.

Junk food

com-Keripik Kentang Keju Foto: Shutterstock
Selanjutnya olahan junk food. Umumnya jenis makanan seperti ini lebih banyak menggunakan zat aditif tambahan. Laiknya pewarna, pemanis, dan penyedap rasa tambahan. Hal ini bertujuan agar rasanya makin menggugah selera dan membuat ketagihan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, penggunaan zat aditif tersebut bikin gizi dalam makanan junk food berkurang. Apalagi, tak jarang junk food diberi pengawet tambahan agar tahan lama selama berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun. Seperti, camilan ringan kemasan, keripik kentang, permen, hingga kue-kue tinggi gula atau garam.
Oleh karenanya, makanan seperti ini sepatutnya jangan terlalu sering dikonsumsi, ya. Kandungan zat aditif sampai pengawet tambahan itu dapat merusak kesehatan, lho. Tak jarang, berbagai penyakit kronis ditimbulkan karena keseringan makan junk food.

Ultra-processed food

Ilustrasi nugget Foto: shutterstock
Hampir mirip dengan tipe olahan junk food, makanan ultra proses juga ditambah dengan zat-zat aditif lainnya. Hanya saja yang membedakannya pada proses pengolahan yang ekstra serta jenis makanannya.
Kalau junk food identik akan makanan ringan, praktis, serta siap konsumsi. Nah, untuk makanan ultra proses, lebih mengarah pada makanan siap olah; seperti sosis, nugget, selai, margarin, mi instan, dan yoghurt aneka rasa. Sifat makanan ultra proses biasanya sangat adiktif. Mereka memiliki rasa yang cukup lezat karena hasil prosesnya yang menggunakan bahan tambahan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, perlu diketahui, bahaya yang ditimbulkan juga cukup berbahaya. Ini karena bahan kimia tersebut akan terurai dan bereaksi lagi dalam tubuh. Sehingga, membuat penikmat makanan ultra proses mudah terkena diabetes, obesitas, hipertensi, serta gangguan gizi pada tumbuh kembang anak.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya