Willian: Tidak Mudah untuk Bekerja dengan Conte

7 Agustus 2018 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antonio Conte. (Foto: Reuters / Scott Heppell)
zoom-in-whitePerbesar
Antonio Conte. (Foto: Reuters / Scott Heppell)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Antonio Conte menghidupi karier kepelatihannya dengan satu prinsip: tak ada lebih yang besar daripada pemikirannya sendiri. Di ranah sepak bola, Conte adalah perwujudan dari sosok yang menggilai taktik.
ADVERTISEMENT
Baginya, taktik bukan perkara saklek yang harus diibadahi dengan taat. Taktik adalah alat yang digunakannya untuk merebut kemenangan. Itulah sebabnya, siapa pun yang ada dalam timnya harus menyesuaikan diri dengan segala hal yang lahir dari pemikirannya.
Ia tak akan memberikan tempat bagi orang-orang yang tak taat, sehebat apa pun kualitas orang tersebut sebagai pelakon sepak bola. Entah itu pemain, asisten, atau staf yang lain. Sial bagi Willian, karena kesulitan untuk menerima prinsip yang demikian.
Dalam wawancaranya kepada ESPN Brasil, Willian mengakui, bekerja dengan Conte bukan perkara yang mudah. Hubungannya dengan sang pelatih ibarat jalan berbatu-batu, tak mulus, dan tak jarang menjadi penghalang baginya untuk berkembang.
Jam bermainnya menurun drastis sejak Chelsea berlaga di babak semifinal Piala FA melawan Southampton pada April 2018. Dan gelagat ketidakpuasan itu lamat-lamat muncul dalam foto selebrasi kemenangan Chelsea di laga final Piala FA melawan Manchester United. Dalam foto yang diunggahnya ke akun sosial medianya itu, ia terlihat seperti menutupi wajah sang juru taktik.
ADVERTISEMENT
“Saya harap (Maurizio) Sarri tidak seperti Conte. Ah, tenang, saya cuma bercanda! Bagi saya, Conte adalah manajer yang sangat sulit untuk diajak bekerja sama. Filosofi dan caranya untuk mengatasi satu masalah benar-benar rumit."
"Ada beberapa pertandingan yang membuat kami tidak paham apa yang ada dalam pikirannya. Kamu bisa bermain dengan baik, tapi kamu tetap saja digantikan. Saya tidak memahaminya. Dua kali saya digantikan dan saya langsung mengabaikannya. Waktu itu, saya langsung bergegas menuju ruang ganti sendirian. Bekerja dengannya memang sesulit itu,” jelas Willan kepada ESPN Brasil.
“Tapi, dalam hidup, kita belajar banyak dari hal-hal seperti ini. Kita mempelajari banyak hal lewat kesulitan-kesulitan yang ada. Selama dua musim saya lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan. Tapi, ini masa lalu. Yang penting sekarang adalah berbicara dengan Sarri. Dari yang saya dengar, saya yakin ia adalah seorang manajer yang hebat yang melakukan pekerjaan-pekerjaan luar biasa dengan timnya. Saya memiliki harapan tinggi untuk bekerja dengannya," papar sosok asal Brasil itu.
ADVERTISEMENT
Cerita tentang Conte yang memperlakukan anak-anak didiknya dengan keras sudah terdengar sejak ia menjadi pelatih di Juventus. Ruang ganti Juventus, kata Andrea Pirlo, adalah ruangan yang menganggap kekalahan sebagai hal paling menjijikkan.
Ruangan itu sering kali menjadi angker karena amukan Conte. Bahkan, pemain sesenior Gianluigi Buffon saja bisa ciut nyali saat menghadapi Conte yang murka di ruang ganti. Sial bagi Buffon, lokernya bersebelahan dengan tempat di mana Conte berdiri menggelontorkan amukan, motivasi, dan rincian taktiknya dengan menggebu-gebu.
Willian bermain gemilang. (Foto: Jhon Sibley/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Willian bermain gemilang. (Foto: Jhon Sibley/Reuters)
Di akhir musim 2013/14, Juventus menutup laga melawan Cagliari dengan kemenangan 3-0. Itu menjadi pertandingan terakhir Conte sebagai pelatih Juventus. 'Si Nyonya Tua' sudah pasti menutup musim dengan status perebut scudetto, dan kemenangan itu juga membuat mereka menjadi tim yang merebut kemenangan terbanyak di sepanjang musim.
ADVERTISEMENT
Sebelum laga itu, Buffon, sang senior, mewakili teman-temannya berbicara pada Conte. Ia mengajukan bonus. Lantas, permintaan Buffon itu dijawab dengan amukan Conte. Bagi Conte, menangi dulu pertandinganmu, baru berbicara bonus. Di alam pikir Conte, bonus tak lebih dari sekadar perkara remeh-temeh yang tak penting. Kemenangan, gelar juara, adalah yang terpenting.
Watak keras Conte bahkan sudah menunjukkan rupanya di hari pertama ia bertemu dengan tim. Waktu itu Conte menegaskan, tidak ada tempat bagi pemain yang berperilaku buruk di timnya. Berikan respek kepada Conte, baru dia akan memberikan hal serupa, tak peduli siapa pun pemain itu.
“Sejak awal, sejak ia datang ke tim ini, saya langsung yakin segalanya tidak akan mulus dan mudah. Jadwal penerbangan saya ke Brasil sangat mepet dengan laga final itu. Saya langsung berangkat setelah pertandingan. Saya lelah sekali waktu itu, dan foto itulah yang saya unggah pada akhirnya," tutur Willian.
ADVERTISEMENT
Maurizio Sarri memberikan intruksi kepada para pemain Chelsea. (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Maurizio Sarri memberikan intruksi kepada para pemain Chelsea. (Foto: Reuters/John Sibley)
“Saya tidak tahu pasti apakah ada orang-orang yang pernah bermasalah serupa dengan saya sebelumnya. Namun, saat manajermu tidak suka denganmu, entah bagaimana caranya, kamu akan mengetahuinya. Tapi, bagaimanapun, ia membutuhkanmu di sejumlah laga. Kamu tidak merasa melakukan kesalahan, tapi kamu tetap saja merasa ia tidak menyukaimu.”
Willian tidak menjadi satu-satunya pemain Brasil yang bermasalah dengan Conte. Sebelumnya, ada Diego Costa yang pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke Atletico Madrid pada musim panas 2017.
“Dengan Diego (Costa), seingat saya, permasalahan itu terasa setelah musim kompetisi berakhir. Saya sedang ada di Australia dengan Timnas Brasil dan Diego mengirim pesan kepada saya. Katanya, ‘Saya pindah. Conte bilang, ia tidak membutuhkan saya lagi.’ Saya bertanya balik kepadanya tentang apa yang terjadi. Diego menjawab bahwa Conte tidak menginginkannya kembali ke tim. Tapi, menurut saya, di musim yang sulit seperti itu Anda tidak bisa kehilangan pemain seperti Diego,” pungkas Willian.
ADVERTISEMENT