Man United vs Burnley: Menguji Resistensi Sisi Tepi

29 Januari 2019 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burnley vs Manchester United (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Burnley vs Manchester United (Foto: Reuters/Lee Smith)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semuanya berawal dari kegagalan Patrice Evra saat gagal membuang bola dengan sempurna kala berduel Martin Paterson. Bukannya membuat situasi di kotak penalti Manchester United menjadi aman, bola sapuan bek asal Prancis itu justru sampai di kaki Robbie Blake yang berdiri tanpa kawalan. Tanpa basa-basi, pria yang kini berprofesi sebagai pelatih itu langsung melepaskan tendangan voli yang menghunjam gawang Ben Foster.
ADVERTISEMENT
Lesakan Blake jadi gol satu-satunya dalam laga yang dihelat di Turf Moor, Agustus 2009 silam. Bagi Burnley, kemenangan ini amatlah istimewa. Maklum, The Clarets saat itu baru saja lulus dari Divisi Championship dan mencicipi atmosfer Premier League untuk pertama kalinya. Meski, ya, pada akhirnya mereka kembali terdemosi karena cuma finis di peringkat 18 pada klasemen akhir. Sebaliknya bagi United, kekalahan tersebut melunturkan keperkasaan mereka sebagai juara bertahan.
Belum ada yang tahu bagaimana ujung dari duel United versus Burnley Rabu (30/1/2019) dini hari WIB nanti. 'Iblis Merah ' yang sedang panas-panasnya berpotensi besar mempecundangi pasukan Sean Dyche. Di satu sisi, bukan tak mungkin fragmen 10 tahun lalu itu bisa terulang, saat Burnley berhasil menuai kejutan.
ADVERTISEMENT
Neraca kemenangan terbeban jauh ke kubu United. Delapan kemenangan beruntun di lintas ajang jadi patokannya. Teraktual, Paul Pogba dan kolega sukses melibas Arsenal 3-1 pada babak keempat Piala FA, Sabtu (26/1) dini hari WIB.
Bandingkan dengan Burnley yang kecemerlangannya telah membentur batasnya. Empat kemenangan beruntun di lintas ajang pada akhir Desember lalu menguap seiring kegagalan mereka memenangi dua laga termutakhir. Bermain imbang dengan Watford dan dilumat Manchester City 0-5.
Selebrasi dari Gabriel Jesus usai mencetak gol. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi dari Gabriel Jesus usai mencetak gol. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
Di satu sisi, performa Burnley sebenarnya tak buruk-buruk amat. Peralihan pakem 4-4-2 yang dicanangkan Dyche terbukti membawa perubahan signifikan. Itu tak terlepas dari reaksi pelatih berkepala pelontos itu untuk meninggalkan skema lima bek yang diusung sebelumnya, tepatnya setelah kandas di tangan Tottenham Hotspur, Arsenal, dan Everton.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang paling kentara adalah derasnya jalur serangan dari sisi sayap. Johann Gudmundsson, Jeff Hendrick, atau Dwight McNeil jadi tumpuan dalam skema tersebut. Khusus McNeil, dia berhasil mencuri perhatian setelah mengemas satu gol dan sepasang assist dalam empat laga Premier League lainnya.
Kedua winger itu dibantu dua gelandang tengah, yakni Jack Cork, yang bertugas untuk menjaga kedalaman serta sedangkan Ashley Westwood diutus untuk muncul dari lini kedua. Buktinya, nama yang disebut belakangan itu berhasil menyumbang assist saat Burnley sukses menaklukkan West Ham United dan Huddersfield Town.
Untuk pos lini depan, Dyche perlahan meninggalkan Sam Vokes sebagai tower di garis pertahanan. Ketimbang berfokus pada satu pemain, dia memilih pola serangan cair dengan menandemkan Ashley Barnes dengan Chris Wood. Artinya, fokus serangan Burnley menjadi terpecah di beberapa pemain--tak hanya kepada penyerang--serta masih bisa mengandalkan serangan dari sisi sayap.
ADVERTISEMENT
Burnley tahan imbang United (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Burnley tahan imbang United (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
Saat winger melakukan manuver dan melepaskan umpan silang, maka winger di sisi sebaliknya akan menjejal ke kotak penalti demi memperbanyak opsi. Sebagaimana yang tertuang lewat gol McNeill ke gawang West Ham serta aksi Hendrick kala berhadapan dengan Fulham.
Nah, sisi sayap ini yang nantinya berpotensi merepotkan United nanti. Meski benteng pertahanan yang dibangun Ole Solskjaer lebih kokoh ketimbang era Jose Mourinho sebelumnya, nyatanya masih ada celah yang tertinggal, tepatnya melalui skema umpan lambung atau serangan dari tepi sayap.
Tengok saja gol-gol yang diciptakan Huddersfield, Bournemouth, dan Brighton & Hove Albion yang berawal dari skema umpan lambung. Sementara gol termutakhir Arsenal yang dicetak Pierre-Emerick Aubameyang juga berawal dari penetrasi di sisi kanan pertahanan United.
ADVERTISEMENT
Selebrasi pemain Manchester United. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain Manchester United. (Foto: REUTERS/Hannah McKay)
Akan tetapi, kembali lagi bahwa United punya kans lebih untuk keluar sebagai pemenang dalam duel nanti. Phil Jones, Anthony Martial, Marcus Rashford, dan David De Gea yang diistirahatkan dalam pertandingan sebelumnya siap untuk mentas.
Solskjaer bakal menurunkan formasi dasar 4-3-3 dengan bertumpu pada Pogba sebagai penginisiasi serangan dengan Jesse Lingard, Martial, dan Rashford di depannya. Itu belum dihitung dengan Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez yang juga berpeluang menebar ancaman bagi tim tamu.
Selain tingginya varian serangan di lini depan, aktifnya pergerakan gelandang akan memperlebar kans United untuk melucuti pertahanan Burnley. Yah, meski James Tarkowski dan kawan-kawan mulai menerapkan fluiditas serangan, nyatanya mereka terbukti belum mampu mengatasi kolektivitas lini depan lawan, seperti yang mereka alami saat kalah telak dari City dan (mungkin) takluk dari United nanti.
ADVERTISEMENT