Malapetaka Candu Judi Bola: Gadai Motor, Jual TV hingga Terjerat Pinjol

30 September 2022 16:31 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wilson (nama disamarkan) tak kuasa menahan rasa gembira ketika ia menang besar dari judi bola hanya dengan modal yang tak seberapa. Kekalahan tak menghentikannya, itu hanya membuatnya semakin penasaran, hingga akhirnya tak ada lagi yang tersisa.
ADVERTISEMENT
Pada 2019 lalu, Wilson mendapatkan Rp 15 juta dari judi bola dengan modal deposit Rp 200 ribu. Perkenalannya dengan judi berawal dari modal yang lebih kecil, hanya sepersepuluh dari yang disebutkan, dan euforia menang membuatnya makin menggebu-gebu.
Berawal dari coba-coba, kemenangan demi kemenangan kemudian menjadi candu bagi Wilson.
“Gue awal main judi iseng-iseng ikut teman, join sama teman, diajarin, ‘Lu punya duit, enggak?’ Dari Rp 20 ribu, ya, sudah gue nebeng main judi. Nah, menang saat itu, menang-menang-menang, ya, sudah main sendiri,” cerita Wilson saat berbincang dengan kumparan.
“Kalau menang sendiri rata-rata gue paling tinggi bisa Rp 10 juta-Rp 15 juta. 2019 itu gue narik (menang) Rp 15 juta. Dulu modalnya cuma Rp 200 ribu kalau enggak salah, buat deposit,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Menang besar dengan modal kecil tentu saja menjadi cara paling menggiurkan untuk mendapatkan uang. Adrenalinnya bergejolak tiap mendapatkan keuntungan sampai akhirnya ia ingin mendapatkan keuntungan lebih besar.
Segala cara dilakukannya untuk mendapatkan modal. Wilson sampai menggadaikan motor Honda ADV 150cc miliknya, TV di rumah orang tuanya pun ikut dijual.
Wilson melakukan itu semua demi kemenangan yang dijanjikan. Pria 25 tahun tersebut tenggelam untuk mencari uang di jalan ninjanya hingga lupa pulang. Namun demikian, kekalahan berjalan beriringan dengan kemenangan, terlebih dalam perjudian. Ia pun kalah telak.
“Ruginya sendiri gue sampai jual TV 55” di rumah. Terus motor gue gadai. Enggak pulang-pulang, terus sampai akhirnya orang tua gue nyariin gue karena judi ini,” kenang Wilson.
ADVERTISEMENT
“Keseringan menang dulu awalnya awalnya. Keseringan menang, panas, gue deposit kalah terus, penasaran, terus kalah lagi, akhirnya gue jual barang-barang gue. Ngejedotin-lah ibaratnya, modal nekat karena penasaran itu,” tambahnya.
Mafia sepak bola di balik sepak bola kita (ilustrasi). Foto: Basith Subastian/kumparan
Setali tiga uang dengan Wilson, Tommy (nama disamarkan) juga tercebur ke arena judi bola karena coba-coba. Terlebih, ia begitu mencintai sepak bola dengan rajin mengamati statistik setiap permainannya.
Berbekal hal tersebut, Tommy memberanikan diri untuk mengadu untung. Kemenangan membuat dirinya semakin bernafsu. Berbeda dengan Wilson, ia tahu kapan harus berhenti ketika sedang buntung.
“Sebenarnya tahu judi bola sudah lama, cuma bisa ikut awalnya karena hobi di bola dan sering baca-baca statistik di awal-awal akhirnya coba-coba sampai sekarang,” tutur Tommy.
“Kalau dulu karena nafsu, karena suka bola. Dulu untung terus, main lagi, main lagi sampai boncos. Tapi sekarang bisa menahan nafsu, kalau sudah kalah berhenti dulu," ucapnya.
ADVERTISEMENT
“Enggak pernah [menggadaikan barang]. Itu paling kalau ada uang lebih saja. Saya enggak pernah pasang besar, paling Rp 25 ribu-Rp 50 ribu. Enggak dihitung, sih [total]. Pernah sampai menang besar Rp 500 ribu kalau saya, [modalnya] Rp 50 ribu. Kekalahan terbesar paling Rp 50 ribu,” sambungnya.
Rasa penasaran, nafsu, dan candu menjadi motivasi dalam berjudi. Ditambah lagi, mudahnya untuk mengakses situs judi bola di Indonesia membuat para pemain judi tak bisa berhenti.
Wilson dan Tommy sepakat menyatakan bahwa sepak bola Indonesia lebih menarik untuk perjudian. Pasalnya, pertandingan di kompetisi dalam negeri lebih mudah ditebak dengan tim yang memiliki status lebih tinggi berpotensi menang, apalagi bila bermain di kandang.
“Kalau gue, judi bola tuh lebih menarik dalam negeri, sih, karena gampang ditebak. Kebanyakan judi bola di Indonesia tuh, home base (tuan rumah) kebanyakan menang, klub yang [main] di markas sendiri pasti menang,” ungkap Wilson.
ADVERTISEMENT
“Apalagi tim besar melawan klub ecek-ecek, pasti menang. Karena wasit di kita [Indonesia], juga perangkat pertandingan, tuh takut sama suporter. Banyak intimidasinya yang dikeluhkan dari sepak bola ini,” sambungnya.
Lantas, benarkah pengakuan Wilson? Apakah sebegitu rusaknya sepak bola Indonesia?
Skema pengaturan skor (match fixing) di sepak bola Indonesia. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
Imam Nurcahyo yang merupakan mantan Media Officer Persibo Bojonegoro membenarkan apa yang disampaikan Wilson. Selama mengurus Persibo pada 2012-2013 lalu, Iman pernah berurusan dengan seorang runner.
Dalam match fixing, runner merupakan orang yang menjadi perantara dari bandar judi ke klub. Kebanyakan para runner menawarkan kesepakatan kepada tim tuan rumah, sementara tim tamu hanya mengikuti ‘skenario’ yang sudah disediakan.
Match fixing kebanyakan ditawarkan kepada tim tuan rumah. Jadi, yang berperan tuan rumah karena potensi tuan rumah menang itu cukup tinggi, apalagi klub itu papan tengah sampai atas,” jelas Iman kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
“Yang paling berperan di sini adalah tim tuan rumah, mereka jadi pihak yang paling sering ditawari. Kalau tim tamu, biasanya hanya mengikuti saja alur dari yang mereka tawarkan. Berkaitan masalah nilai, saya kasih contoh, misalkan tim A yang jadi tuan rumah ada di urutan ke-3 klasemen, kalau mereka bertanding dengan tim yang menduduki urutan pertama klasemen, mungkin nilai yang ditawarkan lebih kecil," katanya.
“Karena secara natural saja, secara fair play, berat untuk menang, malah bisa kalah. Tetapi, ketika tuan rumah tanding lawan tim peringkat 10 atau di bawahnya, ini lebih tinggi nilai yang ditawarkan,” sambungnya.
Selebrasi pemain Persikabo saat melawan PSS di Stadion Pakansari, Kamis (15/9/2022). Foto: Instagram/@officialpersikabo
Perjudian sejatinya di atur dalam UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Pemerintah memperberat ancaman hukuman yang terdapat di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
ADVERTISEMENT
Pasal 303 ayat 1 menyatakan hukuman pidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp 25 juta, bagi pihak yang tanpa izin:
Namun demikian, beberapa klub Liga 1 2022/23 bahkan disponsori oleh rumah judi. Persikabo dimasuki sponsor rumah judi SBOTOP yang dipasang di depan kostum timnya serta papan iklan pinggir lapangan.
ADVERTISEMENT
Sementara, PSIS telah bekerja sama dengan Skore88.news yang identik dengan rumah judi Skore88. Di lain sisi, Arema FC bekerja sama dengan Bola88.fun yang berafiliasi dengan rumah judi Bola88.
Polemik Persikabo sudah ramai sejak 2020 lalu. Kala itu, Pasal 58 Regulasi Liga 1 2020 menyebutkan soal hak komersial yaitu seluruh hak komersial yang dieksploitasi harus mengikuti ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Yang artinya, federasi dan operator liga bisa melarang rumah judi untuk menjadi sponsor klub, seperti halnya produk tembakau dan alkohol.
Logo PT Liga Indonesia Baru. Foto: Soni Insan Bagus/kumparan
Aturan pada Manual dan Regulasi Liga 1 2017 bahkan lebih spesifik lagi. Pada Pasal 48 tentang Pengesahan Perlengkapan (Kit) dijelaskan:
ADVERTISEMENT
Kemudian, Regulasi Kompetisi Liga 1 2021/22 dan yang terbaru musim 2022/23, kalimat spesifik soal judi atau sponsor yang harus sesuai ketentuan hukum di Indonesia tidak lagi tercantum. Pasal 43 tentang Perlengkapan Tim cuma fokus mengatur soal warna, penomoran, penempatan letak sponsor, dan detail kecil lainnya pada jersi.
Terkait hal itu, Arema dan PSIS telah menghentikan kerja sama mereka dengan sponsor tersebut. Sementara, Persikabo masih menjalin kerja sama karena sponsor yang terpampang di dada mereka dinyatakan sebagai portal berita.
"Dalam informasi yang disampaikan kepada kami, tiga tim tersebut telah bekerja sama dengan perusahaan portal berita atau media online,'' kata Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita, dikutip dari laman resmi PSSI.
ADVERTISEMENT

Akses Mudah dan Hukum Tumpul

Lemahnya penegakkan hukum soal perjudian ini membuat rumah judi bisa menjamu dengan leluasa. Selain itu, para pemain judi juga tidak mendapatkan ancaman yang serius sehingga tak memiliki niat berhenti, seperti yang diungkapkan Wilson.
“Hal-hal apa yang bikin gue berani karena enggak ada ancaman, enggak ada ancaman yang serius, pemerintah dan kepolisian cuma teguran di media sosial. Tindakan menangkap langsung enggak ada, cuma negor-negor doang, kayak gitu doang, enggak ada tindakan serius,” ungkap Wilson.
Satgas Anti mafia bola di kantor PSSI. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali, menyoroti tradisi judi yang berkembang biak di Indonesia. Mudahnya akses dan tumpulnya penegakkan hukum menyuapi rasa penasaran para pemain judi.
“Kalau saya melihatnya enggak cuma fan sepak bola soal judi ini, tetapi seluruh lapisan masyarakat kecanduan judi karena judi ini seperti candu, sama halnya dengan narkoba, di mana orang akan selalu berulang untuk melakukannya,” tutur Akmal.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, diperlukan sinergi banyak pihak untuk memerangi judi bola di Indonesia. Ia pun mencontohkan Premier League dalam memerangi rumah judi di sepak bola Inggris.
"Kerja sama yang dibutuhkan bukan hanya dengan kepolisian, tapi juga misalnya dengan Kemenkominfo, Dewan Pers, dan Menpora. Jadi, ada kerja sama 5 lembaga negara untuk memerangi judi dan portal judi di olahraga dalam kontes di sepak bola kita. Jangan sampai kemudian, kita seperti orang tidak tahu, padahal nyata di lapangan semua itu adalah rumah-rumah judi yang sedang beroperasi di sepak bola kita." katanya.
"Yang menjadi menarik adalah kita bisa belajar dari Inggris. Di Premier League sebelumnya ada hampir 20 klub hampir yang disponsori rumah judi. Tetapi, pemerintah Inggris saat ini bersama Parlemen sudah mulai memberi tekanan kepada klub-klub untuk mulai tidak lagi bekerja sama dengan rumah judi sebagai sponsor. Kalau sekarang, sudah tinggal 9 klub kalau tidak salah," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Dan, pada 2024, pemerintah Inggris meminta semua klub sudah tidak lagi disponsori rumah judi. Artinya, Inggris yang judi di negaranya dilegalkan itu mulai memberi penekanan bahwa tidak boleh ada klub sepak bola mereka yang disponsori rumah judi. Kenapa? Karena ini sangat berpengaruh kepada hasil pertandingan di lapangan juga," ujar Akmal.
Pengamat sepak bola, Akmal Marhali. Foto: Dok Akmal Marhali
Ketagihan judi tak hanya membuat Wilson memutuskan untuk menggadaikan motor dan menjual TV di rumahnya. Salah satu jalan pintas yang ia temui untuk mencari modal berjudi adalah berhubungan dengan pihak pemberi pinjaman online (pinjol).
Dengan cara itu, Wilson bisa mendapatkan modal untuk berjudi sampai Rp 50 juta. Berurusan dengan debt collector pun menjadi makanannya sehari-hari, namun itu tak membuatnya gentar.
ADVERTISEMENT
“Gue pernah sampai pakai pinjol dulu. Pinjol gue banyak, hampir 15 aplikasi dulu kurang lebih. Enggak sampai ratusan juta [totalnya], mungkin Rp 50 jutaan kalau dihitung-hitung,” cerita Wilson.
Namun, itu merupakan cerita lama bagi Wilson. Ia memutuskan untuk berhenti dari perjudian setelah mendapatkan ‘hikmah’ di Hari Raya Idul Fitri. Ia menyatakan telah bertobat pada 2021 lalu, dan kini fokus dengan pekerjaannya sebagai karyawan swasta.
“[Titik balik] di momentum, enggak di [judi] bola, sih. Main slot deposit Rp 5 juta, tahun kemarin THR [Tunjangan Hari Raya] gue pakai buat main slot dan sebagian lagi judi bola, gue jedotin tuh, sampai lebaran enggak megang duit. Itu mungkin titik yang buat gue sadar. Sadarnya yang pertama, lagi hari raya gue enggak megang duit, duit gue habis. Tidur doang pada saat hari raya karena enggak megang duit sama sekali," kata Wilson.
ADVERTISEMENT
“Tidurnya tuh gue mikir, kok gue gini banget, ya, sampai rela jual barang, ngabisin duit buat judi, sudah gue sadar dan akhirnya berhenti,” tandasnya.