Ketua Umum PSSI Dibui: Dulu Nurdin Halid, Kini Joko Driyono

25 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joko Driyono dan Nurdin Halid. Foto: ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Joko Driyono dan Nurdin Halid. Foto: ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sejatinya menjadi organisasi yang hanya berurusan dengan si kulit bulat. Akan tetapi, sepak terjang federasi yang berdiri pada 1930 ini sudah kadung melekat dengan kontroversi pada satu dekade belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Nama Nurdin Halid bisa jadi merupakan Ketua Umum (Ketum) PSSI paling diingat oleh pecinta sepak bola nasional. Sayangnya, ingatan itu lebih kepada sepak terjangnya yang kerap menimbulkan prahara.
Nurdin pertama kali terpilih menjadi Ketum PSSI pada 2003. Akan tetapi, baru setahun memimpin, pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan ini harus berurusan dengan kasus hukum setelah tersangkut dugaan korupsi dalam distribusi minyak goreng.
Ketika itu, selain menjabat sebagai Ketum PSSI, Nurdin juga mengemban jabatan selaku Ketua Koperasi Distribusi Indonesia (KDI). Atas tindakannya itu, ia kemudian dipenjara pada 2004. Akan tetapi, sekitar satu tahun kemudian, Nurdin dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan itu oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan.
Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, kasus yang menyeretnya itu nyatanya tak membuat Nurdin kapok. Pada 2007, ia kembali divonis dua tahun penjara terkait korupsi dalam pengadaan minyak goreng. Selama berada di balik jeruji, Nurdin juga tetap memegang kendali PSSI.
Setelah rezim Nurdin tumbang pada 2011, kondisi sepak bola Tanah Air tak serta-mereta membaik. Bahkan, keadaan lebih buruk dengan terjadinya dualisme federasi dan kompetisi. Hingga pada akhirnya, La Nyalla Mattalitti yang sempat mendirikan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI), terpilih menjadi Ketum PSSI pada 2015.
Sialnya, posisi La Nyalla tak diakui pemerintah yang berujung kepada sanksi FIFA kepada PSSI. Tak hanya itu, pada 2016, La Nyalla terpaksa meletakkan jabatannya sebagai Ketum PSSI usai ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur. Akan tetapi, setelah sempat mendekam di balik jeruji, La Nyalla akhirnya diputus bebas pada 17 Desember 2016.
ADVERTISEMENT
La Nyalla Mattalitti Foto: Rafyq Alkandy/kumparan
Kini, tongkat estafet Ketum PSSI yang meringkuk di balik dinginnya tembok penjara diteruskan oleh Joko Driyono. Sang plt Ketum PSSI itu resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus perusakan, penghilangan, dan penghancuran barang bukti serta perusakan garis polisi.
Jokdri dijerat dengan Pasal 363 KUHP, 235 KUHP, 233 KUHP, 221 KUHP juncto 55 KUHP dengan ancaman maksimal tujuh tahun penjara. Penahanan pria kelahiran Ngawi itu berkaitan dengan perusakan berkas yang diduga menjurus pengaturan pertandingan dari laporan Lasmi Indaryani (eks Manajer Persibara Banjarnegara).
Joko Driyono dan sederet kontroversinya. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Pada awalnya, polisi tak menahan Jokdri meski sudah empat kali diperiksa. Akan tetapi, pada Senin (25/3) ini menjadi hari terakhir baginya menghirup udara bebas. Satgas Antimafia Bola memutuskan secara resmi untuk menahan Jokdri.
ADVERTISEMENT
Mantan Sekjen PSSI itu ditahan di Direktorat Tahanan dan Barang Bukti (Dirtahti) Polda Metro Jaya selama 20 hari ke depan sejak 25 Maret hingga 13 April. Dan, Jokdri pun tercatat sebagai petinggi PSSI ketiga yang dibui sepanjang sejarah.