Catatan-catatan Menarik dari Euro U-21

1 Juli 2017 11:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jerman U-21 bersama trofi mereka. (Foto: Kacper Pempel/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Jerman U-21 bersama trofi mereka. (Foto: Kacper Pempel/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jerman menambah satu lagi gelar dalam kabinet trofi mereka. Kemenangan 1-0 yang diraih Jerman U-21 atas Spanyol U-21, Sabtu (1/7/2017) dini hari WIB, membuat mereka membawa pulang gelar juara dari Euro U-21 yang laga finalnya dilangsungkan di Marshal Jozef Pilsudski Stadium, Krakow, Polandia.
ADVERTISEMENT
Lewat perjuangan selama 90 menit lebih, Jerman berhasil menuntaskan perlawanan Spanyol, yang jauh lebih diunggulkan. Lewat sebuah sundulan dari dalam kotak penalti, Jerman akhirnya menuntaskan perlawanan Spanyol dan meraih gelar pertamanya di ajang Euro U-21 sejak 2009.
Selain soal gelar juara, keberhasilan ini menyiratkan banyak hal mengenai laga dan turnamen secara keseluruhan.
Akhir Buruk Tim Terfavorit
Keberhasilan Jerman mematahkan perlawanan Spanyol boleh jadi disambut gembira oleh banyak kesebelasan. Betapa tidak, sebelum melakoni partai menghadapi Jerman, Spanyol belum sekalipun tersentuh kekalahan di Euro U-21.
Dalam empat partai yang dimainkan oleh Spanyol sebelumnya, semua laga berhasil disapu bersih oleh tim besutan Albert Celades tersebut dengan kemenangan. Tak hanya itu, sepanjang turnamen, Spanyol juga hanya kebobolan dua gol, yakni saat menghadapi Portugal dan Italia.
ADVERTISEMENT
Denis Suarez merayakan gol Spanyol. (Foto: UEFA)
zoom-in-whitePerbesar
Denis Suarez merayakan gol Spanyol. (Foto: UEFA)
Dengan semua kedigdayaan tersebut, Spanyol begitu difavoritkan untuk meraih gelar pada final tahun ini. Tetapi apa daya, di lapangan, kadang prediksi tak menjadi kenyataan. Permainan Spanyol anti-klimaks dan gelar jatuh ke tangan lawan.
Berbeda dengan Spanyol, Bagi Jerman Ini di Atas Target
Di balik keputusan Joachim Loew memanggil beberapa pemain muda ke Piala Konfederasi 2017, ada satu orang yang lumayan kecewa. Dia adalah Stefan Kuntz, pelatih Jerman U-21.
Kekecewaan Kuntz patut dipahami. Pasalnya, ada beberapa pemain yang disiapkan untuk ajang ini, tetapi terpaksa pergi akibat rencana Loew yang banyak mengundang kontroversi dari beragam pesohor sepak bola dunia.
Timnas Jerman U-21. (Foto: UEFA)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Jerman U-21. (Foto: UEFA)
Di lapangan, semua sesuai keinginan Kuntz. Meski nyaris gagal mengangantarkan Jerman ke fase gugur —dan lolos hanya lewat peringkat kedua terbaik—, Kuntz akhirnya menjadi sosok yang akan dikenang oleh masyarakat Jerman.
ADVERTISEMENT
Saul dan Lima Gol yang Dia Cetak
Mencetak lima gol sepanjang Euro U-21 membuat pemain Atletico Madrid, Saul Niguez, berhak atas gelar pencetak gol terbanyak sepanjang turnamen. Total lima gol yang dibuat Saul jauh meninggalkan Marco Asensio yang berada di peringkat kedua dan Bruma yang ada di urutan ketiga.
Saul kembali mencetak gol untuk Spanyol U-21. (Foto: UEFA)
zoom-in-whitePerbesar
Saul kembali mencetak gol untuk Spanyol U-21. (Foto: UEFA)
Apa yang ditorehkan oleh Saul menjadi menarik karena sudah cukup lama tak ada gelandang yang menyabet gelar pencetak gol terbanyak di akhir kompetisi. Gelandang terakhir yang mendapatkan gelar tersebut adalah Andrea Pirlo saat edisi ke-12 atau tahun 2000.
Dani Ceballos, Si Pemain Terbaik Turnamen
Ada Mikel Merino dan Denis Suarez di lini tengah Spanyol, tetapi Albert Celades justru memilih Dani Ceballos sebagai pemain inti. Keputusan ini tak akan pernah disesali oleh Celades, setidaknya sebelum final digulirkan.
ADVERTISEMENT
Ceballos, pemain asal Real Betis, menampilkan penampilan yang cukup menawan saat dipercaya menjadi jenderal di lini tengah Spanyol. Tidak hanya mampu menunjukkan skill yang brilian, Ceballos juga menunjukkan peran yang cukup besar saat diberi kepercayaan saat berada di lapangan.
Ia akhirnya diganjar gelar Pemain Terbaik Turnamen. Siap hijrah ke kesebelasan besar, Ceballos?
Pujaan Final Itu: Mitchell Weiser
Hanya menjadi cadangan dalam partai semifinal rupanya tidak layak membuat Mitchell Weiser diremehkan. Memanfaatkan umpan dari Jeremy Toljan dari sisi kiri pertahanan Spanyol, Weiser menutup kompetisi ini dengan sebuah sundulan apik.
Menjadikan Weiser sebagai pahlawan memang beralasan. Pasalnya, dia bukan hanya mencetak satu-satunya gol kemenangan Jerman di final, tetapi juga menunjukkan permainan yang luar biasa saat 90 menit berada di lapangan.
ADVERTISEMENT
Fakta menarik soal Weiser dalam pertandingan itu adalah posisi bermain yang tak biasanya diberikan oleh Stefan Kuntz di lapangan. Weiser sebenarnya adalah seorang bek kanan, bukan gelandang kanan seperti yang dia mainkan dini hari tadi.