World Bank: Beras RI Termahal di ASEAN!

20 Desember 2022 17:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petani bekerja di sawah di Sidoarjo. Foto: Juni Kriswanto/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petani bekerja di sawah di Sidoarjo. Foto: Juni Kriswanto/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
World Bank telah merilis kajian mereka bertajuk Indonesia Economic Prospects, Trade for Growth and Economic Transformation, edisi Desember 2022. Dalam laporan itu, disebutkan bahwa selama 10 tahun terakhir harga beras di Indonesia menjadi yang paling mahal di antara negara-negara ASEAN.
ADVERTISEMENT
"Harga eceran beras Indonesia secara konsisten merupakan yang tertinggi di ASEAN selama dekade terakhir," tulis World Bank dalam laporannya.
Bahkan, dibandingkan Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand, beras Indonesia harganya dua kali lipat lebih mahal.
"28 persen lebih tinggi dari harga di Filipina, dan lebih dari dua kali lipat harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand," tulis World Bank.
World Bank mencatat, mahalnya beras di Indonesia ini disebabkan oleh harga pasar yang mendukung para produsen pertanian di Indonesia.
Pekerja melakukan bongkar muat beras impor dari Vietnam di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Hal itu dikarenakan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah seperti pembatasan perdagangan berupa tarif impor, monopoli impor oleh perusahaan BUMN untuk beberapa komoditas pangan utama.
Selain itu, World Bank juga mencatat penyebab harga beras Indonesia termahal di ASEAN adalah adanya ketentuan harga minimum di tingkat petani.
ADVERTISEMENT
Faktor lainnya, rantai pasokan panjang dan biaya distribusi tinggi di Indonesia yang punya geografi kompleks, juga menaikkan harga pangan di dalam negeri.
"Apalagi jangka panjang kurangnya investasi dalam R&D pertanian, layanan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian menahan peningkatan produktivitas yang dapat menurunkan harga pangan dalam jangka panjang," tulis World Bank.