Wall Street Ditutup Melemah Imbas Laporan Ketenagakerjaan

8 Mei 2024 6:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks saham Amerika Serikat, Wall Street, ditutup melemah pada perdagangan Selasa (7/5), usai pasar ekuitas lain menguat, imbas proyeksi investor terhadap besaran dan waktu penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve pada tahun ini. Sementara. kebangkitan dolar membantu melemahkan yen lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 0,08 persen, S&P 500 (.SPX) naik 0,13 persen dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 0,1 persen. Ukuran kinerja saham global MSCI (.MIWD00000PUS) ditutup naik 0,30 persen dan saham Eropa berakhir pada rekor penutupan puncak.
Lalu imbal hasil Treasury acuan melemah. Namun dolar naik di tengah prospek pertumbuhan AS yang lebih kuat dan potensi suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan negara maju lainnya.
“Ini adalah hari yang tenang, rata-rata saham utama datar, dan terjadi aksi ambil untung. Fokusnya tetap pada The Fed, namun The Fed cukup jelas bahwa tidak banyak hal yang akan terjadi dalam waktu dekat,” kata senior portfolio strategist at Ingalls & Snyder di New York, Tim Ghriskey, dikutip dari Reuters, Rabu (8/7).
ADVERTISEMENT
Laporan ketenagakerjaan AS juga lebih lemah dari proyeksi analis pada Jumat (⅗) menyusul rilis data Produk Domestik Bruto (PDB), yang menunjukkan pertumbuhan paling lambat dalam hampir dua tahun dan memicu sikap dovish di kalangan investor mengenai seberapa cepat dan seberapa besar The Fed memangkas suku bunganya.
Berdasarkan data London Stock Exchange (LSEG), investor kini tengah memperkirakan penurunan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin pada akhir tahun 2024, dengan kemungkinan penurunan pertama pada bulan September. Meskipun, tahun ini diperkirakan hanya akan ada satu kali penurunan suku bunga acuan The Fed, lantaran tingkat inflasi yang belum stabil.
Namun, potensi terhentinya kemajuan inflasi berarti kebijakan moneter mungkin tidak seketat yang diyakini para pejabat, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan, meningkatkan kemungkinan bahwa harga-harga menetap pada tingkat di atas target 2 persen The Fed.
ADVERTISEMENT
“Bukannya kami tidak berpikir bahwa inflasi akan turun. Kami hanya tidak berpikir bahwa dengan adanya tiga laporan inflasi teratas, kita akan merasa nyaman dengan inflasi secepat itu,” kata global FX and interest rates strategist di Macquarie di New York, Thierry Wizman.
"Ini akan memerlukan lebih dari satu laporan, bahkan mungkin lebih dari dua laporan inflasi rendah sebelum The Fed merasa nyaman, dan itu berarti bahwa tidak akan ada cukup waktu pada tahun ini untuk melakukan dua kali penurunan suku bunga," tambahnya.
Di Eropa, pendapatan yang optimis dari sektor keuangan serta optimisme Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga pada awal bulan depan mengangkat saham-saham. Indeks STOXX 600 pan-regional (.STOXX) dan DAX Jerman (.GDAXI) ditutup dengan kenaikan masing-masing 1,14 persen dan melonjak 1,4 persen.
ADVERTISEMENT
Saham-saham negara berkembang naik 0,14 persen. Indeks MSCI yang terluas untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang (.MIAPJ0000PUS) ditutup 0,26 persen lebih tinggi, sedangkan Nikkei Jepang (.N225) naik 1,57 persen.
Dolar terpantau menguat terhadap yen bahkan setelah peringatan baru dari pejabat Jepang tentang kesediaan mereka untuk menopang mata uang mereka. Indeks dolar (.DXY) naik 0,3 persen, dengan euro turun 0,14 persen menjadi USD 1,0753.
Yen Jepang melemah 0,49 persen terhadap greenback pada 154,68 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada USD 1,2508, turun 0,42 persen pada Selasa (7/5).
Imbal hasil Treasury jangka panjang turun karena para pedagang fokus pada penyerapan pasokan baru senilai USD 125 miliar pada minggu ini, sementara sejumlah pejabat Fed bersiap untuk berbicara tentang prospek poros kebijakan pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Imbal hasil obligasi acuan bertenor 10 tahun turun 3 basis poin menjadi 4,459 persen, sedangkan imbal hasil obligasi bertenor dua tahun, yang mencerminkan ekspektasi suku bunga, naik 0,6 basis poin menjadi 4,828 persen.
Harga minyak ditutup sedikit lebih rendah di tengah tanda-tanda berkurangnya kekhawatiran pasokan. Minyak mentah AS turun 0,13 persen menjadi USD 78,38 per barel, sementara Brent menetap di USD 83,16 per barel.
Emas tergelincir, menghentikan kenaikan sesi sebelumnya, karena para pedagang tetap fokus pada prospek penurunan suku bunga The Fed. Emas berjangka AS ditutup 0,3 persen lebih rendah pada USD 2,324.20 per ons.