Wall Street Anjlok, Indeks Saham S&P 500 Turun Lebih dari 3 Persen

14 Juni 2022 6:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Angela Weiss / AFP
zoom-in-whitePerbesar
New York Stock Exchange (NYSE) di Wall Street, New York City. Foto: Angela Weiss / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indeks saham bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street mencatatkan persentase penurunan mingguan terbesar sejak Januari pada perdagangan Jumat lalu (10/6). Hal ini terjadi usai rilis sebuah laporan menunjukkan kenaikan harga konsumen AS yang lebih curam dari perkiraan pada bulan Mei.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, saham AS telah bergejolak sejak awal tahun dipicu invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari yang mengambil banyak korban jiwa. Akibatnya, terjadi peningkatan kekhawatiran mengenai inflasi dan pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS sebagai upaya untuk memadamkannya yang telah memicu banyak aksi jual baru-baru ini.
Pada penutupan perdagangan Senin (13/4), S&P 500 berada di level 3.749,63 atau turun 3,9 persen dan 21,8 persen di bawah rekor penutupan tertinggi 3 Januari di 4.796,56. Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 876,05 poin atau 2,79 persen menjadi 30.516,74 dan indeks Nasdaq Composite anjlok 530,80 poin atau 4,68 persen ke 10.809,23.
Penutupan S&P 500 (.SPX) lebih dari 20 persen di bawah rekor tertinggi menegaskan bahwa indeks saham sedang berada di pasar beruang untuk benchmark, karena investor menjual saham di tengah kekhawatiran apakah The Fed akan dapat menjinakkan inflasi tanpa memicu resesi.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan pertama kalinya S&P 500 mengkonfirmasi pasar bearish sejak penurunan Wall Street 2020 yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
Chief Global Market Strategist Invesco, Kristina Hooper, memandang bahwa tidak akan benar-benar melihat perubahan haluan untuk pasar saham sampai ada poros yang dibuat oleh The Fed.
"Maksud saya menjadi sedikit kurang agresif, yang saya tahu akan memakan waktu karena sekarang lintasannya adalah menjadi lebih agresif," ujar Hooper di New York dikutip dari Reuters, Selasa (14/6)
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin ketika mengakhiri pertemuan pada hari Rabu. Menurut Fedwatch CME, ekspektasi untuk kenaikan sebesar 75 basis poin pada pertemuan Juni telah melonjak menjadi hampir 30 persen dari 3,1 persen pada minggu lalu.
ADVERTISEMENT
Dorongan agresif dari The Fed dengan menaikkan suku bunga berpotensi resesi ekonomi. Chief Investment Strategist Baker Avenue King Lip mengungkapkan, alasan pasar tidak mencapai titik terendah, karena masih ada banyak ketidakpastian yang terjadi.
"Karena itu, kemungkinan akan sangat fluktuatif di sini," jelas Lip di San Francisco.
Di sisi lain, Nasdaq (.IXIC) awal tahun ini mengkonfirmasi sedang berada di wilayah pasar beruang. Konfirmasi Nasdaq merupakan yang pertama dari tiga indeks utama AS yang mencapai level tersebut.