Tutup Akibat Corona, Mal se-Indonesia Rugi Rp 9,8 Triliun

27 Mei 2020 18:43 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas di salah satu pusat belanja yang ditutup sebagian besar operasionalnya, di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas di salah satu pusat belanja yang ditutup sebagian besar operasionalnya, di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
Pengusaha mal benar-benar terpukul dengan adanya wabah virus corona yang tak kunjung usai. Mal harus tutup sebagai salah satu upaya memutus rantai penyebaran pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, tutupnya pusat perbelanjaan itu membuat kerugian mencapai triliunan rupiah.
“Kita sudah hitung-hitung selama 2 bulan ini pusat belanja kira-kira ruginya Rp 9,8 triliun, sebulan kira-kira 4,9 triliun. Seluruh Indonesia,” kata Stefanus saat siaran virtual bersama kumparan, Rabu (27/5).
Kondisi itu menjadi salah satu alasan mal harus segera dibuka. Meski begitu, Stefanus mengakui dibukanya mal tidak mungkin langsung ramai pengunjung.
Menurutnya masih ada rasa ketakutan masyarakat terpapar virus corona. Untuk itu, dibukanya mal harus tetap mempertimbangkan protokol kesehatan yang disiapkan.
“Kita SOP nya bergantung ada beberapa yang kita minta bahwa bukan hanya di pihak pengelola mal saja, tapi di penyewa juga harus mengikuti SOP yang ada. Contohnya kasir ada ketentuan harus pakai penutup, kemudian diutamakan pakai digital payment,” ujar Stefanus.
Stefanus Ridwan Foto: Ela Nurlaela/kumparan
Selain itu, Stefanus mengharapkan harus ada batas antrean dan jumlah orang yang masuk ke sebuah toko. Sehingga tidak terjadi kerumunan. Petugas harus menjaga mulai dari pintu masuk toko.
ADVERTISEMENT
“Nah begitu juga dengan lift dibatasi mungkin beberapa orang 3 sampai 4 orang cukup, eskalator juga kita berikan jarak nggak boleh anak tangga seorang-seorang dan jumlah orang yang masuk mal juga dibatasi mestinya 50 persen saja yang masuk,” tutur Stefanus.

Mal Buka, Untung Tak Besar Tapi Ada Perputaran Uang

Dia menambahkan, dalam waktu dekat yang terpenting adalah operasional pusat perbelanjaan berjalan dulu. Masalah keuntungan itu bisa dipikirkan sambil berjalan.
“Mungkin nggak untung besar tapi ada perputaran di sity, dan lama-lama mulai naik,” katanya.
Stefanus merasa kalau mal buka 10 bulan lagi bakal lebih susah recovery atau bangkitnya. Sebab, kata Stefanus, daya beli masyarakat semakin kecil lagi yang mempengaruhi perputaran perekonomian.
Suasana pusat perbelanjaan di Grand Indonesia, Jakarta, Senin (23/3). Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Selain itu, Stefanus mengungkapkan dengan segera dibukanya mal setidaknya bisa membuat karyawan ada kejelasan mengenai nasibnya.
ADVERTISEMENT
“Saya kira harus secepatnya kita buka karena itu paling nggak ada uang masuk, paling nggak untuk menyelamatkan karyawan dulu, nggak usah mikirin untung dulu, paling nggak karyawan kita bisa maintance,” ujar Stefanus.
Stefanus menjelaskan dibukanya mal juga membuat pengusaha kecil kembali menggeliat. Ia menuturkan selama ini pusat perbelanjaan mayoritas diisi oleh UMKM.
“Dan pedagang-pedagang UMKM kan kebanyakan UKM kalau kita lihat di mal 80 persen itu UKM. Jadi mereka bisa dagang dulu, bisa segala macam,” ungkap Stefanus.
Meski begitu, Stefanus belum bisa memastikan kapan tanggal pasti mal bakal buka. Ia menyerahkan kepada pemerintah. Sementara pihaknya bakal menyiapkan segala yang diperlukan khususnya dalam The New Normal ini.