Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Tetap 6 Persen

20 Maret 2024 9:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari di Gedung BI, Kamis (19/1/2023). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari di Gedung BI, Kamis (19/1/2023). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah ekonomi memproyeksi Bank Indonesia (BI) bakal menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6 persen pada rapat dewan gubernur 19-20 Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 19-20 Maret 2024, ekspektasi pasar mengarah pada The Fed yang akan mempertahankan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) di kisaran 5,25 persen sampai 5,50 persen. Namun, ada ketertarikan yang besar terhadap sinyal-sinyal dari The Fed terkait waktu dan laju penurunan FFR yang diperkirakan akan terjadi tahun ini.
“Selain itu, pelaku pasar juga menantikan proyeksi ekonomi terbaru untuk mengukur apakah kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga masih ada,” kata Josua kepada kumparan, Rabu (20/3).
Lebih lanjut, Josua mengungkapkan indikator-indikator ekonomi AS menunjukkan adanya pelemahan di pasar tenaga kerja. Meski begitu, ada kenaikan tak terduga pada tingkat inflasi konsumen dan produsen di bulan Februari.
ADVERTISEMENT
Hal ini mengindikasikan perlambatan dalam perkembangan menuju disinflasi di AS. Sehingga mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan dalam waktu dekat.
Menurutnya, perkembangan ini berdampak negatif pada pasar keuangan global, dengan meningkatnya sentimen risk-off yang menyebabkan pelemahan Rupiah.
“Untuk menjaga stabilitas, kami memperkirakan BI akan mempertahankan BI-Rate di level 6 persen pada RDB bulan Maret 2024,” tegasnya.
Ilustrasi logo Bank Indonesia. Foto: Reuters/Fatima El-Kareem;
Terpisah, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memproyeksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga. Menurutnya, dari kondisi inflasi dan nilai tukar saat ini membuat tidak ada keperluan mendesak untuk mengubah suku bunga acuan BI Rate.
“Kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuan di 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur Maret ini," kata Riefky kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Riefky menjelaskan inflasi secara umum meningkat ke 2,75 persen secara tahunan atau year on year (yoy) di Februari 2024 menyusul peningkatan harga bahan pangan akibat kombinasi tekanan dari sisi permintaan dan produksi.
Meningkatnya intensitas El-Nino mendisrupsi kecukupan pasokan komoditas pangan sementara periode Ramadan menyebabkan peningkatan permintaan komoditas pangan. Lebih lanjut, naiknya inflasi AS secara tidak terduga memicu sentimen bahwa the Fed perlu menunda penurunan suku bunga acuan dari titik tertingginya dalam 23 tahun terakhir.
“Kondisi ini cukup mempengaruhi terjadinya arus modal keluar dari pasar obligasi Indonesia. Terlepas dari tingginya tekanan terhadap Rupiah, beberapa minggu terakhir pergerakan Rupiah cenderung stabil,” ungkapnya.