Sri Mulyani Tanggapi Catatan IMF: Kami Jaga APBN Tetap Sehat
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bahkan IMF menilai Indonesia berpotensi tumbuh hingga 6,5% (tahun ke tahun) dalam jangka menengah (tahun 2022) dengan reformasi struktural yang akan meningkatkan produktivitas dan menarik investasi untuk pembiayaan pembangunan.
Meski demikian, IMF memberikan beberapa catatan, seperti penerimaan pajak yang sering meleset dari target. Hal ini dinilai akan memengaruhi kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan.
Selain itu, IMF juga memberikan catatan terkait kenaikan suku bunga yang dapat meningkatkan risiko pada pendanaan. Sebab kecenderungan global ke depannya akan mengarah pada kenaikan suku bunga merespons pemulihan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Tapi saya rasa IMF dengan defisit financing yang lebih rendah dan terutama dengan keinginan untuk membuat primary balance kita lebih kecil, itu tujuannya untuk menciptakan fiscal buffer. Karena kondisi ekonomi tidak selalu easy," ujar Sri Mulyani usai menghadiri Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmount Jakarta, Rabu (7/2).
"Oleh karena itu pada kondisi yang sangat baik kita harus membuat APBN makin konsolidatif, sehingga saat ekonomi mengalami shock terutama yang berasal dari luar, kita masih memiliki space untuk melakukan intervensi," jelasnya.
Dalam kajiannya, IMF juga menyarankan Indonesia untuk terus memantau perkembangan nilai tukar rupiah dan utang luar negeri (ULN) sektor swasta.
IMF juga menyoroti belanja pemerintah yang dialokasikan ke sektor-sektor prioritas, serta pertumbuhan investasi yang banyak meningkatkan sumber pendanaan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lembaga pembiayaan internasional tersebut juga menekankan segala proses reformasi fiskal dan reformasi struktural lainnya harus menjadi prioritas agar pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan negara untuk mendukung pembiayaan pembangunan.
Dewan Direktur IMF menyimpulkan prospek perekonomian Indonesia positif, namun menyarankan pemerintah tetap mewaspadai berbagai risiko.