Sektor Manufaktur Merosot, Pengusaha Yakin Ekonomi 2024 Masih Sesuai Target

9 Mei 2024 19:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani usai acara Kick Off Pengusaha Mengajar di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/1/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani usai acara Kick Off Pengusaha Mengajar di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat pada Rabu (31/1/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani memandang Indonesia masih dapat mencatatkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target di 2024.
ADVERTISEMENT
Meskipun menurutnya industri manufaktur sebagai penyumbang terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) Indonesia, kini tengah membutuhkan perhatian imbas penurunan investasi juga penurunan kinerja pada April tahun ini.
Shinta menilai target pertumbuhan ekonomi bisa tercapai lantaran pada kuartal pertama 2024 ekonomi tumbuh 5,11 persen, tertinggi sejak 2015.
“Kami cukup optimis bahwa pertumbuhan ekonomi 5 persen akan bisa diraih. Kalau kita melihat dari kuartal I sebesar 5,11 persen dan itu sudah baik,” kata Shinta di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (8/5).
Terlebih menurutnya tingkat konsumsi masyarakat pada peak momen seperti Lebaran Idulfitri turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2024.
“Tapi kan kemudian ada lebaran sehingga ada konsumsi yang masuk. (Jadi) kami cukup optimistis target pertumbuhan ekonomi 5 persen dapat tercapai,” tambah Shinta.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Keuangan menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,3 hingga 5,7 persen.
Shinta juga melihat tutupnya pabrik pabrik PT Sepatu Bata Tbk (BATA) sebagai tanda industri manufaktur sebagai sektor padat karya membutuhkan perhatian.
Lantaran sektor ini tengah perlahan kehilangan investasi perlahan beralih ke sektor padat modal. Hal ini juga bersamaan dengan meroketnya ongkos produksi yang diperparah dengan penurunan ekspor produk manufaktur Indonesia, imbas kondisi geopolitik.
Sementara, jika mengandalkan pasar domestik, industri harus benar-benar memperhatikan daya beli masyarakat. “Hal semacam ini bagi industri padat karya kita harus menjadi perhatian,” kata Shinta.
Dalam catatan kumparan, Kementerian Investasi/BKPM merilis, investasi manufaktur pada kuartal I 2024 mencapai Rp 161,1 triliun, melanjutkan tren penurunan dari realisasi kuartal III 2023 sebesar Rp 163,7 triliun, dan kuartal IV 2023 di Rp 162,3 triliun.
ADVERTISEMENT
Lalu, berdasarkan data S&P Global menunjukkan, skor Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia turun dari posisi tertinggi dalam 29 bulan yaitu dari 54,2 pada Maret ke 52,9 pada bulan April 2024.