RI Mau Belajar dari China Kembangkan Industri Mebel Bernilai USD 250 M

29 Februari 2024 13:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur. Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur. Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri mebel dan kerajinan Indonesia diminta buat belajar dari China. Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur mengatakan industri ini bernilai USD 250 miliar di China.
ADVERTISEMENT
Hal itu dia katakan saat membuka pameran Business to Business (B2B) furnitur dan kerajinan terbesar di Indonesia dan kawasan regional yaitu Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2024, di Jakarta International Expo. Acara tersebut juga dihadiri Asosiasi Furnitur Dunia.
"Kita juga akan belajar dari beliau bagaimana membuat China jadi raksasa di industri mebel ini, kurang lebih 1,8 triliun Renminbi, itu ekuivalen dengan USD 250 miliar. Besar sekali," kata Abdul, Kamis (29/2).
Menurutnya, industri mebel dan kerajinan di Indonesia harus didorong dengan dukungan teknologi canggih. Sementara, di Kementerian Perindustrian sudah memberikan bantuan berupa subsidi pembelian mesin bagi industri mebel dan kerajinan.
"Kita mohon itu tiap tahun naik, meningkat terus dan subsidnya ada yang 20 persen, 25 sampai 30 persen. Mungkin nanti volumenya diperbesar lagi karena tanpa itu tidak mungkin ada pertumbuhan signifikan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengatakan pada 2023 industri furnitur memberikan kontribusi sebesar 1,3 persen terhadap PDB nonmigas dengan kinerja ekspor mencapai USD 1,8 miliar.
Kemenperin melihat, industri mebel di Indonesia didukung oleh potensi bahan baku yang melimpah, kebijakan dukungan larangan ekspor bahan baku kayu dan rotan, ketersediaan tenaga kerja kompeten, hingga faktor teknologi serta jenis kayu alternatif yang semakin beragam.
Dia menjelaskan, berdasarkan data ekspor market research nilai pasar industri furnitur global tahun 2023 sebesar USD 629 miliar dan tahun 2024 diproyeksikan tumbuh 5 persen.
"Kondisi ini membuka peluang bagi industri furnitur Indonesia penetrasi pasar global. Dan jika melihat kondisi pasar dalam negeri dilihat dari indeks kepercayaan industri Januari 2024 mencapai 52,35 atau berada di level ekspansi," kata Reni.
ADVERTISEMENT