RI Buka Peluang Kerja Sama Hilirisasi Industri & EBT dengan Perusahaan Jerman

28 Mei 2022 20:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kelima kiri) bersama delegasi mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (keempat kiri) ketika melakukan kunjungan kerja di Ecogreen Oleochemicals GmbH, Berlin. Foto: Dok. Kemenperin
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kelima kiri) bersama delegasi mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (keempat kiri) ketika melakukan kunjungan kerja di Ecogreen Oleochemicals GmbH, Berlin. Foto: Dok. Kemenperin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan pertemuan dengan dua perusahaan industri asal Jerman. Pertemuan ini dalam rangka membahas peluang pengembangan industri hilirisasi serta energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kunjungan pertama adalah ke Ecogreen Oleochemicals. Perusahaan Jerman ini bergerak di bidang industri produsen fatty acid dan produk-produk lain hasil hilirisasi kelapa sawit.
Produk-produk yang dihasilkan melalui teknologi mutakhir dari perusahaan tersebut digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk produk deterjen, komponen perawatan kulit dan kosmetik, bahan kimia pertanian, industri tekstil, industri percetakan, industri makanan, dan obat-obatan.
“Hilirisasi mampu meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit. Kami melihat teknologi yang digunakan oleh Ecogreen Oleochemical dapat mendukung hilirisasi industri di Indonesia. Karenanya kami berdialog dengan Ecogreen Oleochemical untuk membuka peluang tersebut,” ujar Agus melalui keterangan resmi, Sabtu (28/5).
Dalam sepuluh tahun terakhir, lanjut Agus, ekspor produk turunan kelapa sawit dari Indonesia meningkat signifikan, dari 20 persen pada 2010 menjadi 80 persen pada 2020. Saat ini, 168 produk hilir CPO berproduksi di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2011 hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2020, nilai ekspor produk sawit sebesar USD 19,89 miliar, kemudian meningkat 56,63 persen pada 2021. Adapun program B30 mampu mengurangi impor solar sebesar 9,02 juta kiloliter pada 2021. Hal ini berdampak ke penghematan devisa USD 4,54 miliar atau setara dengan Rp 64,45 Triliun.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kanan) bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) berfoto dengan CEO Ecogreen Oleochemicals GmbH, Pristijono Abadi (kiri) di Berlin, Jumat (27/5). Foto: Dok. Kemenperin
Selain hilirisasi produk kelapa sawit, Agus juga membuka peluang kerja sama dengan APUS Zero Emission. Kerja sama ini terjalin sejalan dengan fokus Pertemuan Tahunan World Economic Forum 2022 mengenai EBT.
APUS Group meneliti bagaimana hidrogen dapat digunakan secara aman dan ekonomis. Dia mengatakan, hidrogen merupakan sumber energi alternatif untuk bahan bakar yang bisa diterapkan bagi sektor industri, transportasi, pembangkit listrik, tenaga portabel, dan sektor lainnya.
ADVERTISEMENT
“Hasil penelitian dan pengalaman dari berbagai proyek dan kerja sama diterapkan dalam produk APUS i-2 dan APUS i-5 untuk membangun pesawat hybrid-listrik sel bahan bakar hidrogen dengan kinerja yang sangat baik,” jelas Menperin.
Agus menjelaskan, pemerintah melalui Kemenperin mulai menginisiasi penerapan pemanfaatan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber tenaga pembangkit listrik maupun sebagai bahan bakar untuk moda transportasi darat, udara, dan laut.
Hidrogen sebagai pengganti energi fosil saat ini masih dikembangkan di sektor pembangkit listrik. Kini, teknologinya merupakan hybrid dengan kombinasi hidrogen dan gas alam (grey hydrogen), yang masih menghasilkan emisi karbon.
“Kami berharap untuk dapat memasukkan hidrogen biru pada tahap berikutnya,” ujar Agus.
Dalam roadmap industri otomotif nasional, Kemenperin telah menargetkan 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada tahun 2025. Teknologi fuel cell berbasis hidrogen untuk produksi industri kendaraan ramah lingkungan juga termasuk di dalamnya.
ADVERTISEMENT