Rencana BTN Akuisisi Bank Muamalat Makin Santer, Apa Kata Pengamat?

26 Januari 2024 10:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Muamalat. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Muamalat. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN mengakuisisi Bank Muamalat makin santer. Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mematok target Bank Muamalat bisa dimerger dengan Unit Usaha Syariah BTN pada Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Menanggapi rencana akuisisi itu, pengamat perbankan Ahmad Deni Daruri mengapresiasi rencana BTN mengakuisisi Bank Muamalat. Apalagi menurutnya, bank syariah pertama di Indonesia itu memang membutuhkan injeksi modal agar bisa lebih sehat dan melakukan ekspansi bisnis.
"Sejatinya di balik rencana akuisisi ini ada misi penyelamatan Bank Muamalat yang dinilai sangat penting keberadaannya sebagai bank syariah pertama di Indonesia," kata pendiri Centre for Banking Crisis itu, Jumat (26/1).
“Saat ini Bank Muamalat memang sudah lebih sehat ketimbang dua tahun lalu, tapi sehat saja tidak cukup. Bank mesti bertumbuh dan modalnya terus ditingkatkan agar bisa menjalankan fungsi intermediasi lebih optimal lagi,” lanjut Deni.
Saat ini, rasio pembiayaan terhadap pendanaan Bank Muamalat atau finance to deposit (FDR) ratio hanya sebesar 45 persen. Angka itu menurutnya, jauh di bawah batas ideal. Sementara rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 28,67 persen pada akhir September 2023.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Petugas Bank Tabungan Negara (BTN) melayani warga saat Akad Massal Serentak KPR Bersubsidi BTN di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/7/2022). Foto: Abriawan Abhe/Antara Foto
Deni Daruri memaparkan, jika manajemen Muamalat ingin ekspansi untuk menggenjot FDR ke batas ideal, maka CAR bisa tergerus. Pasalnya, setiap penyaluran pembiayaan atau ekspansi bisnis lainnya akan membentuk aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
"Dengan kata lain, bank harus menambah permodalan, menyesuaikan profil risiko dan kebutuhan ekspansi," ujarnya.
Menurut Deni, sifat bisnis perbankan selalu membutuhkan suntikan modal tambahan. Pada titik ini, lanjutnya, BPKH selaku pemegang saham Bank Muamalat tidak bisa terus-menerus membenamkan dana haji sebagai tambahan modal.
"Terlalu berisiko karena dana umat wajib diinvestasikan di instrumen yang aman,” tegas Deni.
Mengutip laporan keuangan per 30 September 2023, aset gabungan Bank Muamalat dengan BTN diperkirakan mencapai 114,6 triliun. Angka tersebut hampir separuh dari aset Bank Syariah Indonesia (BSI) saat ini. Jika akuisisi BTN ke Bank Muamalat terwujud dan kemudian UUS BTN digabungkan dengan Bank Muamalat maka akan menjadi bank syariah dengan aset terbesar kedua setelah BSI.
ADVERTISEMENT