PTBA Buka Suara Soal Luhut Ungkap Perusahaan China Bakal Gantikan Air Products

15 Juni 2023 19:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail buka suara soal isu perusahaan asal Tiongkok yang bakal menggantikan perusahaan raksasa asal Amerika Serikat (AS), Air Products.
ADVERTISEMENT
Adapun, Air Products memutuskan hengkang dari proyek ambisius pemerintah, gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME), milik PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Pertamina di Kawasan Industri Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Arsal menjelaskan, pihaknya memang tengah melakukan penjajakan calon investor luar negeri. Tak hanya itu, PTBA secara internal juga menyiapkan kawasan industri hilirisasi.
"Kalau dari sumber batu bara, sudah memiliki cadangan hampir 3 miliar ton. Artinya negosiasi dengan pihak China, siapa pun investornya kita melakukan diskusi lebih dalam," kata Arsal di Hotel Borobudur, Kamis (15/6).
Lebih lanjut, Arsal mengaku terjadi perubahan timeline akibat hengkangnya Air Products. Namun dia berharap proses pembangunan dapat lebih cepat.
"Kami berkomitmen apa yang ditugaskan kepada kami, kami jalankan sambil menunggu arahan pemerintah," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, memang ada sedikit masalah sehingga perusahaan Air Products tak jadi kerja sama dengan Indonesia. Namun, saat ini Indonesia berpotensi mendapat penggantinya dari China.
"Tapi sekarang kita sudah dapat dari China, dengan teknologi CO2-nya malah bisa di-inject ke bumi," kata Luhut saat ditemui di The Westin Jakarta, Selasa (9/5).
Luhut mengatakan, saat ini Indonesia sedang mendekati perusahaan asal China itu agar kerja sama bisa terealisasi. Luhut mengatakan, teknologi Air Products itu berasal dari China. Di sana, harganya juga lebih murah dibanding Amerika Serikat.
"Hanya saja kadang-kadang Amerika jualannya setinggi langit, jadi sekarang sedang kita perbaiki itu," kata Luhut.