Populer: Deretan Konglomerat Batu Bara; Maskapai TransNusa Akan Terbang Lagi

4 Januari 2022 6:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat TransNusa. Foto: Airplane Picture/ATR Aircraft
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat TransNusa. Foto: Airplane Picture/ATR Aircraft
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah melarang ekspor batu bara per 1 Januari 2022 sampai 31 Januari 2022. Di tengah kebijakan larangan tersebut, ada deretan konglomerat batu bara yang usahanya kian moncer.
ADVERTISEMENT
Informasi tersebut menjadi salah satu yang populer di kumparanBisnis. Kabar itu dilengkapi dengan berita kalau maskapai TransNusa akan mengudara lagi. Berikut kumparan rangkum.

Deretan Konglomerat Pengusaha Batu Bara

Batu bara alias merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. 'Emas hitam' ini adalah sumber kekayaan bagi banyak konglomerat di Indonesia. Berdasarkan penelusuran kumparan dari data RTI dan Forbes, berikut beberapa konglomerat yang memiliki bisnis batu bara:

Keluarga Bakrie (PT Bumi Resources Tbk)

Pemegang saham pengendali Bumi Resources adalah Long Haul Holdings Ltd yang memiliki 3,08 miliar lembar saham (4,14 persen). Perusahaan tersebut terafiliasi dengan keluarga Bakrie. Saat ini manajemen Bumi Resources dipimpin oleh Adika Nuraga Bakrie.

Garibaldi Thohir, TP Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Arini Subianto (PT Adaro Energy Tbk)

Garibaldi Thohir, kakak Erick Thohir, tercatat memiliki 6,18 persen saham Adaro. Boy Thohir juga merupakan Presiden Direktur Adaro. Selain itu ada nama Theodore Permadi Rachmat (2,54 persen), Arini Subianto (0,25 persen), dan Edwin Soeryadjaya (3,29 persen) di jajaran komisaris sekaligus pemegang saham.
Garibaldi Thohir, Presiden Direktur Adaro Energy Foto: Ema Fitriyani/kumparan
PT Adaro Indonesia yang merupakan anak usaha Adaro Energy adalah produsen batu bara terbesar ke-2 di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Agus Lasmono hingga Arsjad Rasjid (PT Indika Energy Tbk)

Dalam daftar pemegang saham Indika, ada nama Agus Lasmono yang memiliki 10,156 juta lembar saham (0,19 persen). Ia merupakan pendiri dan pemilik Indika Energy. Selain itu ada juga Arsjad Rasjid, Direktur Utama Indika Energy yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, yang memiliki 1,208 juta lembar saham (0,02 persen).
PT Kideco Jaya Agung, anak usaha Indika Energy, merupakan produsen batu bara terbesar ke-3 di Indonesia.

Keluarga Barki (PT Harum Energy Tbk)

Keluarga konglomerat Kiki Barki, melalui PT Karunia Bara Perkasa, memegang 77,85 persen saham PT Harum Energy Tbk. PT Karunia Bara Perkasa merupakan pemegang saham pengendali Harum Energy. Lawrence Barki duduk sebagai Komisaris Utama Harum Energy.
Presiden Direktur Indika Energy, Arsjad Rasjid. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Low Tuck Kwong (PT Bayan Resources Tbk)

Low Tuck Kwong, pria kelahiran Singapura yang dikenal sebagai 'raja batu bara', adalah pendiri Bayan Resources. Ia tercatat memiliki 55,17 persen saham Bayan Resources sekaligus menjadi pemegang saham pengendali. Di jajaran komisaris Bayan Resources, ada mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang duduk sebagai Komisaris Utama.
ADVERTISEMENT

Maskapai TransNusa Akan Terbang Lagi

Maskapai penerbangan domestik, TransNusa, siap untuk kembali mengudara di tahun ini, setelah vakum sejak September 2020 akibat pandemi COVID-19. Perusahaan akan menggunakan 30 pesawat ARJ21 buatan China, yakni Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC).
Dengan demikian, TransNusa sekaligus akan menjadi maskapai asing atau non-China pertama yang mengoperasikan model pesawat tersebut.
Ilustrasi pesawat TransNusa. Foto: Airplane Picture/ATR Aircraft
Dilansir dari Aviacionline, Senin (3/1), nantinya TransNusa akan menjadi maskapai berbiaya rendah. Saat ini, China Aircraft Leasing Group Holdings Limited (CALC) mengendalikan maskapai dengan 35,68 persen saham melalui Linkasia Airlines Group Limited (sebelumnya dikenal sebagai Aviation Synergy Limited). Sementara persentase lainnya tetap dipegang oleh investor Indonesia.